BAB II
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
“Kebudayaan berarti buah budi
manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman
dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai
rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.” (Ki Hajar
Dewantara – tokoh
pendiri Taman
Siswa)
Kebudayaan sangat erat
hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk
pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi
yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink,
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor,
kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
Dari berbagai definisi
tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang
akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda
yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku
dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
“Kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar.”
(Koentjaraningrat – Bapak Antropologi Indonesia)
Kesimpulannya
dalam buku-buku pengantar antropologi selalu disebutkan hasil temuan Kroeber
& Kluckhon yang mengidentifikasi definisi budaya. Mereka mencatat
sekurang-kurangnya terdapat 169 definisi berbeda. Selepas dari apapun pengertian
budaya, yang harus dipahami dan
B.
TUJUH UNSUR KEBUDAYAAN
Menurut Kluckhon yang
dikutip Koentjaraningrat (1990:2003-204), terdapat tujuh unsur dari kebudayaan
di dunia, antara lain berikut ini.
1.
Sistim religi dan upacara
keagamaan.
Realigi
berasal dari bahasa latin dan dari kata kerja re-ligare “mengikuti kembali”
maksudnya, berealigi akan membuat sesorang mengikat dirinya kepada Tuhan
Pada hakikatnya unsur
kebudayaan yang disebut religi adalah amat kompleks, dan berkembang di berbagai
tempat di dunia. Sungguhpun demikian, kalau kita tinjau sebanyak mungkin bentuk
religi dari sebanyak mungkin suku bangsa di dunia maka akan tampak adanya empat
unsur pokok dari religi pada umumnya, ialah berikut ini.
1. Emosi keagamaan atau
getaran jiwa yang menyebabkan manusia menjalankan kelakuan religi.
2. Sistem kepercayaan
atau bayang-bayangan dunia, alam gaib, hidup, coati, surga, neraka.
3. Sistem upacara
keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib berdasarkan atas
sistem kepercayaan tersebut.
4. kesatuan-kesatuan
sosial yang mengkonsepsikan dan mengaktifkan religi beserta sistem upacara-upacara
keagamaannya.
Para ahli
antropologi, terutama yang berasal dari abad ke-19 dan ke-20, sampai kira-kira
menjelang zaman Perang Dunia ke –II, dalam hal mengupas berbagai macam bentuk
religi, sebagai berikut:
1.
Animisme
yaitu kepecayaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal dunia.
2.
Dinamisme
yaitu Kepercayaan kepada benda yang mempunyai kekuatan gaib,
3.
Totemisme
yaitu Kepercayaan bahwa binatang‑binatang tertentu merupakan
nenek moyang suatu masyarakat atau
orang-orang tertentu.
4.
Politisme
yaitu kepercayaan kepada dewa-dewa.
5.
Mone
theisme yaitu kepercayaan teradap satu Tuhan.
2.
Sistim
dan organisasi masyarakat
Organisasi Sosial, yaitu cara-cara perilaku manusia yang terorganisir
secara sosial meliputi sistem kekerabatan, sistem komunitas, sistem pelapisan
sosial, sistem politik.
Sistem
kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes
mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk
menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan.
Kekerabatan
adalah unit-unit sosial yang
terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan
perkawinan. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada
beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga
besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat.
Sementara
itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat,
baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana
partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu
hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
3.
Sistim pengetahuan
Sistem pengetahuan itu mencakup semua
pengetahuan yang dimiliki anggota-anggota suatu masyarakat tentang alam, tumbuh-tumbuhan,
binatang, ruang dan waktu, serta benda-benda yang terdapat di sekeliling tempat
hidup masyarakat, suku bangsa atau bangsa yang bersangkutan.
Sistem pengetahuan itu timbul akibat
kebutuhan-kebutuhan praktis dan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang
diperoleh manusia di dalam kehidupannya sehari-hari, serta digunakan oleh
manusia untuk keperluan- keperluan praktis pula, seperti untuk bercocok tanam,
berburu, berlayar, bepergian, dan mengobati berbagai penyakit yang diderita
manusia.
Secara
sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang
benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan
dimiliki
oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau
percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Levy-Bruhl
dan H. Wener dalam karanganya, mereka berpendapat
bahwa bangsa – bangsa primitive (masyarakat yang rendah) tiadak dapat mempunyai
pengetahuan tentang dunia moderen dan alam pikiran mereka seperti anak – anak,
serta alam pikiran penderita penyakit jiwa. Hal ini memiliki pengaruh sangat besar
dalam dunia ilmu pengetahuan pada waktu sebelum perang dunia kedua.
Namun sekarang para ahli antropologi
telah yakin bahwa suatu masyarakat, betapa kecilpun, tidak mungkin dapat hidup
tanpa pengetahuan tentang alam sekelilingnya dan sifat – sifat dari peralatan
yang dipakainya.
4.
Bahasa
Kemampuan berbahasa adalah ciri khas
dari makhluk yang namanya manusia. Kebutuhan akan kemampuan berbahasa sejalan
dengan kebutuhan akan interaksi sosial.
Menurut
Kluckhon yang dikutip Koentjaraningrat, Kemampuan berbahasa adalah ciri khas
dari makhluk yang namanya manusia. Kebutuhan akan kemampuan berbahasa sejalan
dengan kebutuhan akan interaksi sosial. Interaksi sosial di sini ticlak hanya
interaksi antarindividu dalam kelompok, tetapi juga dengan kelompok lain.
Di samping bahasa daerah yang
digunakan dalam lingkungan-lingkungan yang terbatas yakni lingkungan suku
bangsa masing-masing maka dalam pergaulan yang lebih luas antara orang-orang
yang berasal dari suku bangsa yang berlainan, digunakan bahasa Indonesia.
Bahasa dapat dibedakan atas bahasa
isyarat misalnya bunyi keuntungan, gerakan tangan, anggukan atau gelengan
kepala dan isyarat lainnya yang diterima berdasarkan kesepakatan suatu
masyarakat, bahasa lisan diucapkan melalui mulut, bahasa tulisan melalui buku,
gambar, surat, koran.
Menurut gorys keraf, fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan motif
pertumbuhan bahasa yakni untuk menyatakan ekspresi diri, sebagai alat
komonikasi, sebagai alat untuk mengadakan itegrasi dan adaptasi sosial, sebagai
alat control sosial.
5.
Kesenian
Seni adalah produk jenis perilaku manusia yang khusus
dengan penggunaan kreatif imajenasi manusia untuk menerangkan, memahami dan
menikmati kehidupan. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki kemampuan
khusus.
Kesenian
sering diartikan sebagai sarana atau alat untuk mencurahkan perasaan keindahan
manusia. Dipandang dari sudut cara kesenian suara, seni tari dan seni drama
Kesenian mengacu pada nilai
keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan
keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai
makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak
kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks
6.
Sistim
mata pencaharian hidup
Mata pencaharian adalah suatu usaha
yang dilakukan seseorang atau segolongan besar anggota masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Mata pencaharian suatu masyarakat belum tentu sama
dengan mata pencaharian masyarakat lainnya. Berbagai sistem tersebut adalah
berburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang, menangkap ikan, dan
bercocok tanam menetap dengan irigasi.
Mata pencarian berburu dan meramu merupakan jenis mata pencarian yang paling tua.
Dalam berburu dan meramu masyarakat selalu memperatikan beberapa hal seperti
sumber –sumber air, hak milik atas alat – alat berburu, kepemimpinan dan kerja sama dalam berburu,
teknik dan cara berburu, dan pembagian hasil berburu.
Beternak
secara
tradisional sebagai suatu mata pencarian pokok yang dikerjakan secara besar –
besaran. Sepanjang sejarah suku bangsa peternakan menunjukan sifat – sifat
agresif, mereka biasanya mengembara sepanjang musim semi dan musim panas di
suatu wilayah tertentu.
Bercocok
tanam di ladang yaitu membuka sebidang tanah dengan memotong belukar dan
menebang pohon – pohon dan dahan – dahan
dan batangnya yang jatuh dibakar setelah kering, kemudian diolah dengan
penangan minimum dan tanpa irigasi, setelah dua atau tiga kali memetik hasil
tanah yang kehilangan kesuburannya
ditinggalkan kemudian mereka membuka lahan baru dengan cara yang sama
dan setalah 10 atau 12 tahun mereka akan kembali kelahan pertama.
Menangkap
ikan merupakan mata pencarian yang sangat
tua selain berburu dan meramu, setelah manusia mengenal sistim bercocok tanam
manusia mulai meninggalkan aktifitas
menangkap ikan.
Bercocok
tanam menetap dengan irigasi pertama – tama timbul dibeberapa daerah
perairan sungai – sungai besar. Pada bercocok tanam menetap satu keluarga dapat
menggunakan satu bidang tanah yang terbatas secara tepat, karena kesuburan
tanah dapat dijaga dengan Irigasi.
Menurut Koentjaraningrat teknologi
merupakan satu dari ketujuh unsure budaya yang universal yaitu system peralatan
hidup. Sistem
Peralatan Hidup dan Teknologi, yaitu
alat-alat produksi, senjata, peralatan distribusi dan transportasi, peralatan
komunikasi, peralatan konsumsi, pakaian dan perlengkapannya, makanan dan
minuman, peralatan perlindungan atau istirahat.
7.
Sistim
teknologi dan peralatan
Teknologi berasal dari kata teknik dan
higos (teknologi berarti ilmu tentang teknik. Teknik adalah cara pengetahuan
untuk membuat atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan produksi.
Sastrapratedja mengemukakan bahwa,
fenomena teknik pada masyarakat memiliki ciri-ciri yakni Rasionalitas,
Artifisialitas, Otomatisme, Teknik berkembang pada suatu kebudayaan, Monisme,
Universalisme, Otonomi.
Munculnya teknologi disebabkan karena manusia
berupaya melaksanakan mata pencaharian hidupnya, mengorganisasi masyarakatnya,
mengekspresikan rasa keindahan dalam memproduksi hasil-hasil keseniannya.
Teknologi bermula dari hal-hal yang sederhana, menciptakan sesuatu untuk mengatasi persoalan yang ada pada kehidupan sehari-hari misalnya pembuatan makanan,,pembuatan pakaian , pembuatan rumah, pembuatan jalan.
Teknologi bermula dari hal-hal yang sederhana, menciptakan sesuatu untuk mengatasi persoalan yang ada pada kehidupan sehari-hari misalnya pembuatan makanan,,pembuatan pakaian , pembuatan rumah, pembuatan jalan.
Teknologi
tradisional mengenal paling sedikit delapan macam sistem peralatan dan unsur
kebudayaan fisik yang dipakai oleh manusia yang hidup dalam masyarakat kecil
yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian
BAB
III
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN
TUJUH UNSUR KEBUDAYAAN DESA LORULUN
Desa Lorulun terletak
di kecamatan wertamrian kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan merupakan
pusat dari kecamatan tersebut. Berdasarkan luas desa dan kepadatan penduduknya
maka Lorulun dikategorikan dalam salah satu desa terbesar di kabupaten MTB. Hal
– hal yang dapat membedakan masyarakat Lorulun dengan masyarakat lainnya yakni
adat isti adat dan kebudayaan yang dihasilkan oleh masyarakat itu sendiri. Adat
– istiadat dan kebudayaan tersebut digolongkan dalam tujuh unsure kebudayaan
yang universal, ketujuh unsure ini selalu mengalami perkembangan sesuai
tuntutan zaman.
1.
Sistim religi dan upacara keagamaan
a)
Pada zaman dahulu
Pada zaman dahulu
sebelum datangnya bangsa Eropa ke Indonesia dalam hal ini desa Lorulun,
masyarakat Lorulun menganut bentuk religi “ANIMISME” yakni kepercayaan teradap
roh nenek moyang yang telah meninggal hal ini dapat di buktikan dengan adanya
upacara – upacara keagamaan yang telah ada pada zaman dahulu hingga saat
ini.upacara – upacara tesebut diantaranya adalah Ramalan Hasil Panen, upacara
pengambilan hasil panen, upacara penyambutan pejabat daerah dan orang asing ke
desa Lorulun, dan masih banyak lagi jenis upacara lainnya. Jenis upacara
keagamaan yang dapat dijelaskan dalam penulisan ini adalah ramalan hasil
panen.
Ramalan hasil panen tediri dari dua (2)
jenis berdasarkan dengan perladangan pada desa Lorulun yakni Ramalan hasil
panen ladang padi (Bo’Mole) dan ramalan hasil panen ladang Ubi (Bo’Kwar) dan
upacara pengabilan hasil panenpun terdiri dari dua bagian berdasarkan dua
ladang tersebut. Berikut akan dijelaskan
mengenai Ramalan hasil panen Ladang Ubi
Ramalan
hasil panen ladang ubi
menggunakan sebuah kelapa sebagai
kurban. Kelapa itu dibelah menjadi dua oleh ‘Mangfaluruk’ bagian dan
sambil berkata ‘kamu orang – orang
mati makanlah buah kelapa ini, berikanlah kepada kami banyak makanan hasil
kebun, kerbau dan babi sehingga dari padanya akan kami persembahkan kurban
untukmu’. Ini juga diucapkan kepada Tuhan yang dikenal dengan sebutan Ratu.
Jika buah kelapa meramalkan bahagia
maka diletakan pada loteng yang berhadapan dengan Air laut dengan peryataan sbb
‘Kamu orang mati dan Engaku Tuhan saya
telah meletakan kelapa muda ini diatas loteng berikan kepada saya 10 – 100 ekor
babi, dan jika sudah tibah saatnya berikan kepada saya Ubi yang menjalar,
keladi dan kembili yang berbulir’.
Jika buah kelapa tidak meramalkan
bahagia dibelanya banyak – banyak dan sampai ditemukan hasil yang baik kemudian
ditaru dalam sebuah nyiru dan diletakan diatas loteng. Sejak itu mereka akan
berladang dan berburu hingga bulan Agustus massa Ladang Ubi dan akan kebali
membuat upacara Pengambilan hasil panen dan sedikit pesta kecil seperti makan
bersama dalam marga. Semua jenis upacara yang telah disebutkan diatas
menggunakan Bahasa daerah dan pada upacara ramalan hasil panen jika diartikan
dalam bahasa Indonesia memiliki arti demikian.
a) Pada
zaman sekarang
Pada
penjelasan diatas dapat dilihat bahwa pada zaman dahulu masyarakat Lorulun
telah mengenal Tuhan namun Bukan Allah bapa dan Yesus Kristus sebagai penebus.
Mengenai Tuhan (Ratu) pada saat itu belum bisa dijelaskan.
Dengan
hadirnya Bangsa Eropa pada tahun 1911 di desa Lorulun bangsa ini memperkenalkan
agama Katolik Roma kepada masyarakat Lorulun.
Pengaruh Gereja Katolik terhadap budaya Tanimbar termasuk
desa Lorulun yaitu Agama Katolik membela adat istiadat melawan pendapat para
pengamat asing. Pengamat asing menekankan bahwa poligami menjadi adat istiadat
yang berlaku dalam masyarakat Tanimbar. Gereja Katolik menekankan bahwa
poligami memang ada di Tanimbar namun bukan adat istiadat original.
Hal – ini sangat diterimah oleh masyarakat
Tanimbar (Yamdena) bersama dengan ajaran
lainya. Sejak saat itu agama khatolik mulai berkembang hingga saat ini.
Masyarakat Lorulun semuanya beragama khatolik (mayoritas).
Dalam
agama khatolik sering diadakan Upacara – upacara keagamaan seperti Perayaan
Ekaristi kudus, perarakan Arcah St. Maria,
perarakan kristus Raja Semesta alam, Missa Arwa, dll.
Berdasarkan pada
penjelasan di atas maka perkembangan yang Nampak pada sistim Religi dan Upacara
keagamaan di desa Lorulun ialah dari Animisme ke monotheisme yakni kepercayaan
kepada satu Tuhan dalam prespektif agama khatolik. Perkembangan ini dipengaruhi
oleh hadirnya bangsa Eropa di desa
Lorulun. Namun tidak dapat dipungkiri
bahwa sekalipun masyarakat telah menganut satu keyakinan secara keseluruhan,
masyarakat tidak dapat meninggalkan sistim kepercayaan yang telah ada hinnga
saat ini. Dalam setiap doa dan upacara keagamaan mayarakat sering memanggil
para leluhur (empung – nusing) dan menyebut nama Tuhan (ratu mangkuase) dan
selalu mengadakan upacara – upacara adat seperti Ramalan hasil panen. Selain
itu dalam menjalankan upacara keagaaman seperti perayaaan ekaristi, dll
masyarakat sering memadukan antara ketujuh unsure budaya tersebut seperti
tarian adat pada saat persembahan, lagu – lagu dalam perayaan ekaristi (lagu batang
misa) dengan menggunakan bahasa daerah. Dalam kehidupan beragama masyarakat
Lorulun sering disebut dengan khatolik tradisional.
Menurut pendapat saya sistim realigi
dan upacara keagamaan di desa Lorulun mengalami perkembangan yang baik oleh
karena masyarakat tersebut mampu mengadopsi budaya yang masuk ke daerahnya
(Eropa) dan menjadikannya sebagai milik pribadi tanpa meninggalkan budaya
sendiri. Hal inilah yang harus dipelihara dan diwariskan dari generasi
kegenerasi.
2.
Sistim dan organisasi masyarakat
Sistem
dan organisasi masyarakat ada dengan tujuan memudahkan dan mencapai tujuan
masyarakat itu sendiri, oleh karenanya terdapat pembagian-pembagian kerja
tertentu pada masyarakat tersebut. Sistim dan organisasi masyarakat desa
lorulun mengalami perubhan seiring dengan perkembangan zaman.
Sejak zaman dahulu system pemerintahan dipimpin
oleh seorang Raja. Dan dibantu oleh kepala - kepala soa.
Proses pemerintahan yang sedemikian sedikit berubah
ketika terjadi perubahan undang-undang yang di haruskan semua Negeri merubah
sistem pemerintahan menjadi Desa, yang menggunakan Kepalah pemerintahan, dengan demikian sistem
monarki tadi sedikit di modifikasi yakni masyarakat berpendapat baiknya ada perpaduan
antara kedua system ini yakni tetap mempertahankan kepalah soa dan di tambahkan
dengan kepala urusan, sedangkan untuk pengganti Raja di beri Nama kepalah Desa, Namun dalam sistem
ini jika seoarang indivudu yang hendak mencalon diri sebagai kepala Desa maka
yang bersangkutan harus mendapatkan restu dari Dari keluarga raja.
Pada masa
sekarang yakni setelah adanya Demokrasi yang mengharuskan masyarakat memilih
kepala Desa secara langsuang. Masyarakat tetap mempertahankan sistim yang ada
yakni tetap mentaati aturan adat dan juga aturan pemerintah yang ada, sistem
ini terus dibagun dan di jaga hingga sekarang, namun harus di ketahui bahwa
tidak semua marga/mata rumah yang ada berhak memangku jabatan sebgai
raja/kepala Desa, hanya marga tertetu saja dan harus di setujui oleh keluarga
atau keturunan raja. Setiap calon kepalah Desa yang ada harus mendapat
rekomendasi dari masing-masing soa yang ada kemudian setelah di pilih dan
berhasil maka yang bersangkutan harus meminta restu dari keluarga raja. Strukturnya
Kepala Desa,sekretaris, kepalah soa, kemudian Kepala urusan masing-masing.
Peran kepala desa sangat vital dalam
pelaksanaan roda pemerintahan. Segala urusan tentang perdagangan, perlindungan,
pengayoman, pengabdian, penanggung jawab berada dalam genggaman tangannya.
Meskipun secara formal Kades berkantor di kantor balai desa yang jam kerjanya
dari hari senin sampai sabtu pukul 08.00 WIB sampai 13.30 WIB, dalam
implementasinya pelayanan kepala desa yang diberikan lebih dari pada itu dengan
adanya pelayan di rumah kepala desa dalam waktu 24 jam.
Kerja bakti selalu dilaksanak secera
Gotong Royong dan dijalankan permarga contoh pembangunan Gedung sekolah masing
– masing marga dibebani satu ruangan, pembersihan tempat – tempat umum dibuat
batasan – batasan marga dengan menggunakan patok. Didalam
Marga terdapat pula kemlompok – kelompok kecil yang disebut dengan “DASDALAM”. Dasdalam merupakan kumpulan
dari beberapa mata rumah, mereka berkumpul berdasarkan ikatan
kekerabatan(keturunan).
3.
Sistim Pengetahuan
a) Pada zaman dahulu
Pada zaman dahulu masyarakat desa Lorulun
belum mengenal adanya tahun, bulan, minggu hari dan jam. Walaupun demikiam
mereka telah berkebun dan menangkap ikan dengan perhitungan musim berdasarkan
gejala – gejala alam yang sedikit banyak berulang secara teratur selama setahun
yakni hujan , panas, angin, dan air pasang semua ini mempengaruhi perladangan
dan penangkapan ikan. Mereka membagi musim ini menjadi :
· Barat
luryain : Permulaan dari musim kemarau dengan hujan dan angin sedikit.
· Kulur
anak ni aria dan sul kanak : musim hujan
mengganas dengan dengan lebatnya dan
Angin teduh dengan dampak hujan, dan terdampar sekor cacing kecil.
· Kulur
silai ni aria : Angin kencang dari sebelah barat, dan sukun menjadi matang
· Mnaur
barat ma timur raendat sir : angin bertiup kadang dari sebelah timur dan kadang dari sebelah barat.
· Sul
tetetak : Pemisahan antara musim barat dan musim kemarau
· Timur
lurlain dan timur tenan : awal musim
kemarau dan pohon Torim berbuah.
· Ler
lurlyain dan ler metyefu : permulaam musim panas dan angin timur masih kencang
dan badan musim panas merupakan massa yang cerah dan teduh dan biasa dibuka suatu ladang baru.
Beradsarkan
penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat Lorulun telah
memiliki pengetahuan mengenai Musim dan waktu – waktu berladang dan menangkap
ikan dengan tepat agar dapat memiliki hasil yang baik, selain pengetahuan
tentang musim masyarakat primitife juga memiliki pengetahuan tentang cara
penyembuhan penyakit dengan cara yang alamia dan jenis obatnya dapat berupa
daun yang hanya direbus untuk dimandi atau diminum, dari akar pohon yang dimamah dan kemudian disembur
kedaerah yang sakit. Salah satu contoh adalah penyembuhan sakit perut ; orang sakit diberikan rebusan dari sehelai daun
atau memamah sebua akar, selain pengetahuan tentang musim dan pengobatan
penyakit masyarakatpun telah memiliki pengetahuan untuk membuat benda – benda
untuk menunjang aktifitas perladangan, berburuh dan menangkap ikan. Pada zaman
itu masyarakat belum mengenal suatu sistim pendidikan yang formal.
b)
Pada zaman sekarang
Beberapa
abad kemudian dengan masuknya bangsa Eropa ke daerah Tanimbar mereka
mencanangkan Sekolah Rakyat (SR), kemudian berkembang sampai saat ini di desah
Lorulun sendiri Memiliki empat(4)sekolah yaitu satu TK, dua SD, satu SMP dan
satu SMA hal ini dapat membuktikan bahwa sistim pengetahuan di desa Lorulun
selalu mengalami perkembangan. Jenjang pendidikan masyarakat Lorulun tidak
hanya terbatas pada SMA, banyak diantara masyarakat Lorulun yang perpendidikan
srata satu(S1) dan srata dua(S2).
Meskipun
telah dikenal sistim bulan dan tahun serta adanya PUSKESMAS dan obat – obatan,
masyarakat tetap mempergunakan sistim perhitungan musim sebagai perhitungan
dalam berkebun dan menangkap ikan serta masyarakatpun selalu menggunakan ramuan
– raumuan tradisional untuk menyembukan penyakit yang diderita seseorang.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan
bahawa sekalipun dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang turut dirasakan dampaknya dalam kehidupan bermasyarakat, nilai – nilai budaya yang
merupakaan hasil ciptaan manusia(leluhur) tidak dapat ditinggalkan oleh
masyarakat desa Lorulun. Nilai – nilai budaya tersebut yang membuat masyarakat
daera setempat berbedah dengan masyarakat didaerah lain.
Menurut pendapat saya
sistim pengetahuan yang telah ada pada zaman sekarang telah menjadi lebih baik
dari zaman dahulu sehingga perlu untuk dilestarikan, bahkan lebih dikembangan.
4.
Bahasa
Di daerah Tanimbar banyak bahasa yang
dibicarakan terdiri dari bahasa Yamdena, Fordata, Selaru, Makatia tergantug
dengan pulau – pulau yang didiami. Terdapat dua jenis bahasa yang digunakan
masyarakat desa Lorulun dalam berkomonikasi yakni bahasa yamdena yang sering
disebut sebagai bahasa daerah dan bahasa Indonesia.
a)
Pada zaman dahulu
Bahasa
yang digunakan oleh masyarakat desa Lorulun sejak zaman dahulu dalam
berinteraksi dan berkomonikasi adalah bahasa yamdena. Bahasa ini telah ada jauh
sebelum masyarakat desa Lorulun terbentuk yaitu sejak masyarakat lorulun hidup
terpisah dalam kelompok – kelompok kecil.
Menurut P. DRABBE M.S.C Bahasa Yamdena pada
umumnya dimulai dengan permukaan huruf mati (k,Ng, t, n, r, s) dan huruf
penghabisan huruf mati (e, I dan u. Bahasa daerah (yamdena) digunakan oleh
masyarakat sejak zaman dahulu hingga kini.
Dengan hadirnya
bangsa Eropa ke desa Lorulun, bangsa ini
mulai memperkenalkan bahasa Indonesia bagi masyarakat, walaupun demikian hampir
seluruh masyarakat tetap berkomonikasi dengan bahasa daerah.
Pada tahun 1950-an bahasa yang sering
digunakan adalah bahasa daerah, dan ketika didirikan sekolah – sekolah para siswa
dilarang menggunakan bahasa daerah hal ini dicanangkan untuk membantu
pemerintah pusat memperkenalkan Bahasa Indonesia keseluruh pelosok tanah air.
Berawal dari program ini maka bahasa Indonesia mulai digunakan oleh masyarakat
dalam pergaulannya setiap hari.
a)
Pada zaman sekarang
Sekalipun
siswa – siswi dilarang untuk menggunakan bahasa daerah
masyarakat Lorulun tidak pernah meninggalkan bahasa daerah mereka, namun selalu
digunakan dan diwariskan dari generasi kegenerasi hingga saat ini.
Dalam
pergaulanya masyarakat sering menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesi,
bahkan masyarakat sering memadukan antara dua bahasa tersebut dalam
berkomonikasi misalnya “koli dia su pi
ma” yang dalam pengucapan bahasa Indonesia dialeg daerah setempat adalah “barang dia su pi jadi” dan dalam bahasa
daerah adalah “koli I nti lom mpa”.
Hal – hal ini pun digunakan dalam pergaulan disekolah, namun ketika proses
pembelajaran dimulai para siswa selalu menggunakan bahasa Indonesia baku.
Bahasa daerahpun digunakan pada Tarian –tarian, Duduk adat (Nggrie), dan
upacara adat lainya bahkan pada saat sekarang bahasa daerah dapat
dicanangkan dalam kurikulum pendidikan(KTSP), mata pelajaran muatan lokal hal
ini dicanangkan demi melestarikan salah satu jenis budaya ini dan jenis – jenis
budaya lain.
Berdasarkan
penjelasan diatas maka bahasa yang digunakan oleh masyarakat Lorulun sebagi
alat komonikasi mengalami perkembangan dengan adanya pengaruh kemerdekaan
Indonesia lewat sistim pendidikan.
Pengaruh ini
membawa masyarakat daerah Lorulun untuk mampu berkomonikasi dengan daerah lain
di Luar daerahnya, dan dengan muda mempelajarlain itu ilmu pengetahuan dan
perkembangan dunia sehingga masyarakat Lorulun mampu bekembang sesuai tuntutan
zaman. Walaupun demikian masyarakat Lorulun tidak dapat menghilangkan bahasa
daera dalam pergaulannya setiap hari. Bahasa daerah inilah yang menjadi cirr
khas dari masyarakat tersebut dan
merupakan nilai budaya yang sangat dijunjung oleh setiap lapisan masyarakat.
Menurut
pendapat saya sebaiknya masyarakat harus belajar menggunakan bahasa daerah dan
bahasa Indonesia sesuai kedudukannya misalnya jika menggunakan bahasa daerah
pada awal kalimat maka seteruya harus menggunakan bahasa daerah, begitupun
sebaliknya, selain itu masyarakat juga harus menentukan dengan jelas pada saat
– saat mana harus menggunakan bahasa daerah dan pada saat mana menggunakan
bahasa Indonesia.
5. Kesenian
a) Pada
zaman dahulu
Keseniaan
asli masyarakat Lorulun yang telah dikenal sejak zaman dahulu adalah sbb :
1. Cerita
Rakyat ; Cerita rakyat Lorulun
menggunakan bahasa daerah, diceritakan pada waktu malam menjelang tidur,
contohnya ‘KULURLEL dan SAWARLEL’ yang telah pada saat berdirinya desa AMTUFU
2. Pantun
; Selalu dengan kata – kata terselubung yang dinyanyikan dalam syair dan penuh
dengan sindiran, menggunakan bahasa daerah, dan dengan tujuan memuji diri
sendiri.
3. Seni
Tari
Semua terian daerah
Tanimbar berbahasa daerah dan dikenal diseluruh desa yang ada disitu termasuk
desa Lorulun tarian. Tarian Tanimbar dengan gerakan sekaligus bernyanyi .
Tarian – tarian tersebut yaitu :
· Ntabar
; Tarian ini berbentuk lingkaran dan terdiri dari Ual, Mangsaluk, mangasyoru,
mangasabar, pemukul tipa, serta kelompok besar.
· Dodobol
; Tarian ini , berbentuk tiga (3)
barisan dengan satu pemimpin tari yang sebut Sife. Adapun para pemukul tipa yang terdiri dari empat (4) orang.
· Angkosi
; Tarian ini berbentuk setegah lingkaran tanpa menggunakan personil, dengan
gerakan kompak.
· Lilike
: Tarian ini hanya terdiri dari beberapa orang, dan dipentaskan dalam bentuk
duduk berjejer dan hanya menggerakan
anggota gerak atas.
4.
Seni pakaian dan aksesori : merupakan
hasil dari kerajinan tagan masyarakat primitive Tanimbar terdiri dari Kain tenun dan Syal sebagai pakaian dan yang
terdiri dari aksesori adalah Somalae, masse, Futu(konde), Lelbutir dan
kmene(anting), Ngoras(kalung) , Mpie (belusu), Ampi dan kmene (ikat pinggang),
Soriti (gelang kaki).
Gambar
pemuda – pemudi tanimbar menggunakan
pakaian
adat dan aksesoris Tanimbar.
b)
Pada zaman sekarang
Jenis – jenis kesenian seperti yang telah ada
pada zaman dahulu hingga kini masih dilestarikan, namun sangat disayangkan
dengan kemajuan teknologi maka kaula muda sebagai generasi penerus lebih
tertarik dengan budaya barat seperti music dan lagu – lagu hip – hop,
pertujukan dance, dll. Pada kenyataan yang Nampak pada saat ini tidak adalagi
para remaja yang berminat melati tarian tradisional seperti yang disebutkan
diatas mereka lebih tertarik mengikuti latian dance, lagu – lagu hip – hop,
dll. Selain itu tradisi untuk meceritrakan ceritra rakyat telah hilang dan
diganti dengan menonton siaran – siaran – siaran seperti sinetron di tv pada
malam hari.
6.
Sistim mata pencaharian.
a) Pada zaman dahulu
Mata pencarian Masyarakat desa lorulun pada
zaman dahulu adalah Bercocok tanam di
ladang. Menurut P. DRABBE. M.S.C. dalam bukunya yang berjudul “ETNOGRAFI TANIMBAR” menyatakan bahwa bagian yang terpenting dari
perladangan di Tanimbar pada umumnya adalah Penanaman Ubi – ubian, Kembili dan
Keladi. Kemudian penanaman buah – buahan
dan biji – bijian, selain itu adapun penanaman padi sebagai suatu tanaman yang
lebih mulia dari pada ubi – ubian dan ladang – ladang. Masing – masing jenis
tanaman di tanam pada ladang yang berbedah – bedah dengan nama – nama ladang
yang berbedah pula yaitu Bo’mole (ladang
Ningrat), dan Bo’kwar (ladang ubi). Ubi – ubian dapat ditanam bersama – sama
dengan tanaman jenis lain seperti labu, labu air, ketimun, piasang – pisang dan
tebuh, sedangkan untuk ladang padi setelah dipanen dan bekas dari ladang
tersebut ditanami kacang – kacangan (Fkori), buncis (UAS), pada bulan mei dan
juni . Penanaman Jagun dilaksanakan pada ladang tersendiri ini berbedah dengan
desa lain yang ladangnya bersamaan dengan ladang Ubi, selain itu dapat pula
ditanami Pepaya. Sistim perladangan seperti ini dilakasanakan disemua desa pada
daerah Tanimbar termasuk desa Lorulun dan di saat penanaman, pembongkaran hutan
yang dijadikan ladang semuanya berdasarkan perhitungan musim.
Lahan
tempat berladang digunakan petuanan milik “DASDALAM” dan untuk membuka ladang
baru harus ada pemuka (Mangfaluruk/mangbaluan)
yang berasal dari Dasdalam tersebut, mereka inilah yang akan berurusan dengan
arwa – arwa dari family dan roh – roh halus yang dipercaya sebagai penghuni
ladang.
Sistim perladangan dilaksanakan berdasarkan
Marga dan di kontrol oleh kepala marga. Setelah
mereka meninggalkan lahan ini oleh karna tinggkat kesuburan tanah yang
berkurang, maka mereka menanam jenis tanaman umur panjang pada lahan tersebut
dan waktu panennya di atur dengan “SASI”. Sasi berarti larangan mengolah atau
mengumpulkan hasil alam baik dari laut maupun dari hutan sampai batas waktu
yang telah disepakati bersama oleh masyarakat desa fungsinya adalah sebagai
alat kontrol untuk mengatur dan menjaga kelangsungan dan kelestarian sumber
daya alam. Salah satu kearifan lokal tersebut adalah ‘Sasi Kopra’ yang memegang
peranan penting bagi masyarakat desa dalam mengatur penghidupan mereka terutama
dalam hal pengolahan pertanian. Selama tiga bulan, adat melarang masyarakat
untuk mengolah hasil kopra dan mereka baru bisa mengolahnya.
Sambil bercocok tanam
masyarakatpun berburuh binatang buas di daerah sekitar lahannya dengan sasaran
Babi celeng (Babi Hutan), Kerbau. Bila
yang dijumpai dalam brburu adalah kerbau mereka mencoba menyerangnya dan
kemudian dengan sebuah Golok dipotong urat – urat kakinya, cara lainnya adalah
membuat lubang dengan menggunakan perangkap. Hasil buruannya dibawa kedesa dan
diadakan pesta kecil dan ritual/upacara adat. Selain bercocok tanam masyarakat
Lorulun juga mengenal suatu mata pencaharian yaitu menangkap ikan dengan teknik
– tenik dan cara - cara tertentu.
b) Pada zaman sekarang
Dengan
didirikannya sekolah – sekolah maka tenagah guru sebagai pengajar mulai
dibutuhkan sehingga banyak masyarakat desa Lorulun yang bersekolah sebagai guru
dan diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Desa
setempat sehingga masyarakat desa sebagian bekerja sebagai buruh kasar pada
perusaan tersebut. Selain buruh kasar masyarakat desa juga bekerja sebagai
buruh bangunan di berbagai gedung – gedung yang dibangun bukan hanya di desa
Lorulun tetapi diberbagai tempat di kabupaten MTB oleh karena masyarakat banyak
memiliki koneksi dengan CV – CV yang ada mereka memebentuk kelompok – kelompok
dan memiliki koneksi CV yang berbedah. Kebutuhan akan tenaga kerja diberbagai
instasi juga menjadikan sebagian dari masyarakat desa sebagai PNS dengan
mengikuti tes pegawai yang diadakan oleh pemerintah daerah.
Sebagian
masyarakat juga bekerja sebagai petani dan nelayan. Pertaniaan desa Lorulun
masih menggunakan sistim perladangan dengan perhitungan musim dengan jenis
ladang yang sama seperti pada zaman dahulu. Disamping perladangan masyarakat
juga mengusahan kebun sayur dengan teknik yang lebih cangih lewat pelatihan
dari dinas pertanian, selain itu para petani juga mendapat bantuan bibit dan
pupuk dari pemerintah daerah dalam hal ini dinas pertanian. Masyarakat
membentuk kelompok – kelompok kebun sayur dan mengusahakannya secara bersama -
sama dan hasilnya panennya dijual di pasar Saumlaki maupun didalam desa
sendiri.
Dalam
menangkap ikan para nelayan telah meninggalkan sistim yang ada pada zaman
dahulu, para nalayan tanpa perhitunmenagkan musim selalu menangkap ikan dengan
alat – alat yang lebih canggih seperti jarring, mesin ketinting, dll.
Sistim
mata pencahariaan berburuh dan menangkap ikan yang ada pada zaman dahulu telah
ditinggalkan masyarakat desa Lorulun hal ini disebabkan telah punahnya hewan –
hewan yang menjadi sasaran pemburuhan mereka. Sistim mata pencaharian ini telah
diganti dengan beternak sapi. Masyarakat diinstruksiakan untuk membentuk
kelompok – kelompok peternakan dan mendapat bantuan dari pemerintah kota.
Berdasarkan
penjelasan diatas maka sistim mata pencaharian masyarakat desa Lorulun
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini dipengaruhi oleh
lajunya pembangunan daerah kabupaten MTB dan pembangunan kecamatan Wertamrian
serta dibutuhkanya tenaga kerja yang professional.
7. Sistim teknologi dan
peralatan
a) Pada zaman dahulu
Untuk
memudakan kegiatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti
bercocok tanam, berburuh dan menangkap ikan masyarakat desa lorulun menghasil
bebagai teknologi seperti :
1. Tugal
(Snyayal) : digunakan untuk membuat lubang tempat penanaman ubi, proses
pembuatannya dengan meruncing kayu dengan panjang kira – kira 2m, dilengapi
dengan sebatang kayu yang dilintang agar dapat diinjak.
2. Bakul
(Boti) : Bakul yang terbuat dari daun kelapa yang masih mudah, dengan teknik
anyaman dan digunakan untuk membawa makanan.
3. Silu
: Terbuat dari serabut Lontar dengan teknik anyaman, berbentuk setengah
lingkaran kecil, digunakan untuk menaruh hasil dari penangkapan ikan.
4.
Nyiru (lipan) : terbuat dari kulit
bambu dianyam dan membentuk suatu bundaran kecil digunakan untuk menampih
beras.
5.
Lesun (Nesun) dan anaknya (Alu) :
Digunakan untuk mengolah padi menjadi beras, terbuat dari batang pohon. Alu
dibuat dari ranting pohon.
6.
Solan (tombak) dan Busur kedua jenis ini
digunakan untuk berburu dan menangkap ikan
7.
Mencaduh (kapak) ; untuk menebang
pohon.
8.
Perahu (sori); alat pengangkut ketika melewati air laut, dan
ketika menangkap ikan, pendayung dan tokon.
b)
Pada zaman sekarang
Seiring
dengan perkembangan zaman dan hasi – hasil penemuan teknologi yang lebih
canggih dan mudah digunakan, maka
sebagian dari teknologi yang ada pada zaman dahulu telah ditinggalkan oleh
masyarakat Lorulun dan sebagian juga masih dipertahankan. Teknologi yang telah
ditinggalkan oleh masyarakat desa Lorulun adalah mencaduh,pendayung, tokon,
solan, teknologi ini telah di gantikan dengan yang lebih canggi seperti sensor untuk
menebang kayu, mesi ketinting sebagai alat penggerak perahu, perahu yang lebih
besar(body).
Sistim
mata pencaharian masyarakat Lorulun pada zaman sekarang bukan hanya petani dan
nelayan melainkan guru, pegawai, dan buruh kasar/bangunan serta jenjang pendidikan
yang memadai maka masyrakat lorun telah mengenal berbagai jenis teknologi yang
ada didunia mulai dari radio, televise, hp, sound system, computer, mobil, alat
alat besar yang digunakan dalam perusahan, dan alat – alat untuk membangun
suatu gedung yang besar dan lebih mudah digunakan.
Kemajuan
teknologi ini banyak membawa pengaru negative dan positif teradap masyarakat
sebagai pekerja maupun kalangan mudah sebagai penerus.
Berdasarkan
pada penjelasan di atas maka perkambangn sistim teknologi dan peralatan
masyarakat desa lorulun mengalami perubahan. Hal ini disebabkan dengan penemuan
– penemuan teknologi yang lebih canggih dan mudah digunakan dan sangat membantu
masyarakat dalam setiap kegiatannya. Namun tidak dapat dipungkiri selain
membantu kehadiran teknologi ini juga dapat merusak moral dan nilai budaya
masyarakat terutama kaula muda sebagai penerus.
Menurut
pendapat saya sebaiknya teknologi yang telah ada digunakan sebagaimana mestinya
sesuai fungsi dan ke
BalasHapusmuant
lorulun
Sangat terkesan
BalasHapusmaaf
Hapusmakasih tulisan ini masih ada. ini tulisan saya
BalasHapus