BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pendidikan
pada dasarnya merupakan bagian yang tak dapat dilepaspisahkan dari kehidupan
manusia, setiap manusia memerlukan pendidikan yang baik, hal inipun
berhubungaan dengan cita-cita luhur dari suatu Negara tertentu, tujuan luhur dari pendidikan adalah
mencerdaskan seluru masyarakat dimuka bumi, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam dunia pendidkan
memberikan dampak yang sangat signifikan bagi peningkatan kesehjateraan hidup
manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarrakat secara luas. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:232), pendidikan berasal dari kata “didik’,
lalu diberikan awalan kata “me” sehinggan menjadi “mendidik” yang artinya
memelihara dan memberi latihan. dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan
adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran. Pendidikan juga diartikan sebagai
pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan
perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifatnya.
Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah
tabiat (behavior) manusia.
Dengan lajunya perkembangan pendidikan yang
semakin pesat dewasa ini turut memberi andil dalam meningakatnya tingkat
kesejahteraan masyarakat, demikian
pendidikan memberikan sumbangan terhadap perubahan dalam masyarakat. Banyak orang menyebut
bahwa antara pendidikan dan perubahan sosial adalah dua hal yang saling terkait
dan mempengaruhi. Suatu perubahan kiranya sulit akan terjadi tanpa diawali
pendidikan, begitu pola pendidikan yang
transformatif tak akan pula terwujud bila tidak didahului dengan perubahan,
Bahkan, ada pula yang berpendapat bahwa menyebut perubahan sosial dan
pendidikan yang transformative ibarat menyebut sesuatu dalam satu tarikan
nafas: pendidikan tranformatif adalah perubahan sosial dan perubahan sosial
adalah pendidikan transformatif. Hal ini dapat dideskripsikan bahwa perubahan
sosial tentu membutuhkan aktor-aktor yang mempunyai pengetahuan, kemampuan,
komitmen, serta kesadaran akan diri dan posisi strukturalnya. Perubahan sosial
yang dimaksudkan adalah diri. perubahan dalam masyarakat yang disebabkan oleh
karena tingkat pendidikan yang dimiliki oleh anggota masyrakat itu sendiri.
Tidak dapat dihindari bahwa tingkat
pendidikan dalam masyakat dapat memberikan dampak perubahan yang pesat bagi
masyarakat itu sendiri, namun perubahan yang terjadi dapat berakibat buruk
apabila aktor atau pelaku perubahan ( mereka yang berpendidikan tinggi) tidak
memiliki cita-cita, nilai, moral yang baik dalam memprakarsai perubahan itu
sendiri, di Indonesia misalnya terjadinya tindakaan pelanggaran terhadap norma
dan etika yang tinggi yang justru diprakarsai oleh para intelek atau orang yang
berpengetahuan tinggi, sadar maupun tidak sadar perubahan yang dilakukan oleh
aktor-aktor tersebut turut memberikan dampak negative terhadap melemahnya nilai
sosial dan budaya dalam masyarakat, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
membuka peluang baginya untuk memperoleh pekerjaan dan tingkat pendapatan yang
lebih baik, memang secara kasat mata baik tetapi apabila diamati lebih dalam
hal tersebut memberikan peluang baginya untuk mempraktekan polah hidup
individual dan penutup diri sendiri, berdasarkan pada apa yang diperolehnya
dari luar masyarakat bersangkutan, praktek hidup ekonomis dan individualis
dipraktekan demi mencapai keinginan induvidual atau kelompoknya sendiri, hal
ini jelas berbeda dengan konsep hidup kekeluargaan, tolong-menolong atau gotong
royong yang dimilki masyarakat Indonesia tetapi lebih mirip kebudayaan
negara-negara di Eropa Barat yang lebih mementingkan konsep hidup individualis.
Bila diteliti secara terperinci praktek hidup saling tolong menolong sangat
diharapakan oleh masyarakat, hal ini di sebabkan praktek hidup gotong-royong
atau tolong-menolong memiliki nilai sosial budaya dan ekonomis yang dapat
digunakan untuk menjaga eksisitensi keakraban manusia Indonesia yang hidup aman
damai dan dinamis, maka konsep hidup gotong-royong yang dimiliki masyarakat
Indonesia dipandang sebagai kebutuhan dasar masyarakat Indonesia itu sendiri.
Di Desa Lorulun Kecamatan Wertamrian Kabupaten
Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku pengaru buruk tingkat pendidikan yang
dilakoni para aktor pegetahuan terhadap budaya luhur gotong- royong masyarakat
atau lebih dikenal dalam bahasa setempat “Fakren´” kini semakin terasa. Padahal
nilai fakren jika dipandang sebagai kekuatan atau modal sosial dalam masyarakat
dapat memberikan sumbangan yang baik dalam masyarakat terutama yang berkaitan erat
dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengaruh tingkat pengetauhuan dan mata
pencaharian yang dimiliki aktor berpengetahuan dalam masyarakat memungkinkan dirinya berpikir secara materialistik dan individualis,
pola tindakan dan perilaku masyarakat tidak lagi berpedoman pada nilai
kekeluargaan, tolong menololong atau gotong royong seperti beberapa tahun yang
lalu, kondisi ini akan semakin buruk apabila para aktor tersebut tidak memiliki
karakter mencintai nilai dan norma serta budayanya. Masyarakat kemudian
bersaing dalam beberapa segi kehidupan terutama yang berkaitan erat dengan
pemenuhan kebutuhan hidup, persaingan antar kelompok mata rumah/marga semakin
terasa, polah hidup gotong royong atau fakren dalam masyarakat tidak lagi
dimaknai secara baik oleh masyarakat setempat, kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan nilai ini telah jarang untuk diprakten dalam kehidupan
masyarakat, padahal nilai budaya yang
dibentuk dalam konsep Fakren ini memilki makna yang bila diamati dari hanya
sekedar saling membantu, fakren merupakan suatu kegiatan dimana masyarakat setempat saling berusaha untuk mengerjakan pekerjaan yang ada
dan juga lebih dari itu memiliki suatu
makna kegitan dimana anggoata masyarakat yang lain dapat merasakan penderitaan
yang dimiliki oleh individu tertentu, kegiatan fakren seakan menjadi spirit
agar konsep hidup rukun dan damai selalu terjaga. induvidu yang lain kemudian
mengambil bagian untuk membantu saudara tetangga, marga. Kelompok yang
dicintainya itu, bahkan kegiatan fakren sendiri memiliki makna adat dan
relijius yang mendalam pada pelaksanaannya, hal ini dikarenakan prekter adatis
dan kumpul orang bersaudara terlihat didalamnya.
Permasalahan-permasalahan seperti yang di
jelaskan di atas sebenarya merupakan fenomena negative yang terjadi akibat dari
semakin lajunya tingkat pendidikan atau pengetahuan serta pekerjaan yang dimiliki
anggota masyarakat setempat terutama aktor pengetahuan yang mengambil peran
untuk melakukan perubahan dalam masyarakat, maka penulisan ini berfokus
pada dampak tingkat pendidikan
masyarakat terhadap melemahnya sistim nilai Fakren. (Studi deskriptif di Desa
Lorulun Kecamatan Wertamrian Kabupaten Maluku Tenggara Barat).
B. RUMUSAN MASALAH.
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas maka yang menjadi permasalahan pokok penelitian
ini adalah apakah dengan meningkatnya tingkat pendidikan formal masyarakat di
Desa Lorulun Kecamata Wertamrian Kabupaten Maluku Tenggara Barat, mempengaruhi
nilai fakren ?
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENILITIAN.
C.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan menganalisis sejauh mana dampak tingkat pendidikan formal warga masyarakat
terhadap bergesernya sistem nilai tolong menolong (Fakren) dalam masyarakat
Desa Lorulun Kecamatan Wertamrian Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
C.2. Kegunaan Penilitian
a. Kegunaan Akademis
Menambah
khasana ilmu pengetahuan khususnya bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UKIM.
b.
Kegunaan Praktis
Memberikan masukan kepada pemerintah dan pihak
terkait untuk melestarikan sistem nilai sosial budaya masyarakat sebagai
kearifan lokal dalam proses pembangunan masyarakat lebih khusus bagi dunia
pendidikan. Juga menjadi referensi untuk penelitian sejenis.
D. TINJAUAN
PUSTAKA .
Mengayomi pendidikan yang baik merupakan harapan dan
cita-cita seluruh masyarakat, hal ini merupakan sesuatu yang sangat istmewa
yang ingin dirahi dan dimiliki masyarakat, fenomena tadi sangat nyatah
dikarenakan seluruh masyarakat telah melihat dampak positif dari pendidikan,
pendidikan memberikan peluang akan terselenggaranya kehidupan masyarakat yang
baik dan sejahtera. Dalam suatu Negarapun pendidikan diprogramkan khusus oleh
pemerintah serta dibiayai oleh Negara dengan anggaran yang tidak sedikit.
Pendidikan dengan pemahaman yang utuh, kita akan lebih mudah memasuki
pembahasan-pembahasan yang lebih dalam tentang pendidikan. 1Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:232), pendidikan berasal dari kata “didik’,
lalu diberikan awalan kata “me” sehinggan menjadi “mendidik” yang artinya
memelihara dan memberi latihan. dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan
adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran.
( Hartoto) Beberapa definisi pendidikan, diantaranya
adalah sebagai berikut: 1. M.J. Longeveled Pendidikan adalah usaha, pengaruh, perlindungan dan
bantuan yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau
lebih tepatnya membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya
sendiri. 3. Thompson Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk
menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran
dan sifatnya. 4. Frederick J. Mc Donald. Pendidikan adalah suatu proses
atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. 5.
H. Horne. Pendidikan adalah proses yang terus-menerus dari penyesuaian yang
berkembang secara fisik dan mental yang sadar dan bebas kepada Tuhan. 6.
J.J. Russeau. Pendidikan adalah pembekalan yang tidak ada pada saat anak-anak, akan
tetapi dibutuhkan pada saat dewasa. 7. Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi
pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup,
yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Definisi Pendidikan menurut undang-undang dan GBHN 16. UU No. 2 tahun
1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya dimasa yang akan
datang. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan adalah usaha sadar
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan ialah "usaha sistematik yang disengajakan,yang
dibuat oleh sesuatu masyarakat untuk menyampaikan pengetahuan, nilai, sikap dan
kemahiran kepada ahlinya, usaha memperkembangkan potensi individu dan perubahan
yang berlaku dalam diri manusia ".
Pendidikan dan perubahan sosial ibarat dua sisi mata
uang yang tak dapat di lepas. Pisahakan, mengapa demikian karena semakin tinggi
tingkat pendidikan yang dimilki oleh warga masyarakat maka semakin tinggi
tingkat perubahan yang dimiliki oleh masyarakat tertentu. Berikut beberapa pengertian dari perubahan
sosial, antara lain, perubahan sosial merupakan gejala yang melekat disetiap
masyarakat, perubahan–perubahan yang terjadi dalam masyarakat akan menimbulkan
ketidak sesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada dalam masyarakat, sehingga
menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai dengan fungsinya bagi
masyarakat yang bersangkutan. Menurut Wiliam.
F. Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan sosial mencakup
unsur–unsur sosial material, perubahan sosial tidak dapat dilepaskan dari
perubahan kebudayaan[1].
Hal ini disebabkan karena kebudayaan merupakan hasil dari adanya masyarakat dan
tidak ada satupun masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan. Perubahan sosial
menurut Kingsley Davis, adalah
perubahan–perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat, misalnya
timbulnya pengorganisasian buru dalam masyarakat kapitalis menimbulkan
perubahan–perubahan antara buru dan majikan dan seterusnya menyebabkan
perubahan–perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik[2].
Menurut Selo Soemardjan, perubahan
sosial merupakan perubahan–perubahan pada lembaga–lembaga kemasyarakatan di
dalam masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai,
sikap dan pola perilaku di antara kelompok–kelompok masyarakat[3].
Penyebab-penyebab
terjadinya perubahan sosial menurut
Soerjono Soekanto
1. Faktor
interen seperti bertambah dan berkurangnya penduduk, adanya penemuan-penemuan
baru yang meliputi unsur kebudayaan baru, pengembangan diri, proses
pembaharuan, konflik dalam masyarakat.
2. Faktor
eksteren terdiri dari faktor alam dalam masyarakat yang berubah, pengaruh
kebudayaan lain melalui kontak kebudayaan antara kedua masyarakat atau lebih
yang memiliki kebudayaan yang berbeda[4].
Penemuan baru yang dimaksudkan adalah penemuan baru yang muncul akibat dari
lajunya tingkat pendidkan atau pengetahuan yang dimilki masyarakat.
Harapan
dari semaikn meningkatnya pendidikan masyarakat maka semaikn tinggi pula
tingkat kesejahteraan dalam masyarakat tersebut, memang tidak dapat dihindari
hal tersebut namun kadang kala para pelaku atau aktor yang memilki tingkat
pendidikan lebih tinggi itula yang kemudian melakukan perubahan dalam
masyarakat kearah yang tidak dikehendaki oleh masyarakat yang bersangkutan.
Namun sebelum jau kita membahas hal ini alangka baiknya kita memahami
pengertian tentang kesejahteraan sosial itu sendiri. Berikut ini pengertian
kesejahteraan sosial yang sengaja diuraikan agar dapat membantu memberi
penjelasan mengenai penulisan ini. Kesejahteran sosial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan hidup manusia baik secara indufidu maupun sosial agar
dapat melakukan fungsi sosialnya. Pengertian kesejahteraan sosial menurut
Undang-Undang Negara Republik Indonesia No 11 Tahun 2009 tetang kesejahteraan
sosial Bab 1 ketentuan umun pasal 1 ayat 1 menerangkan bahwa Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak
dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Dalam pembahasan ini para pelaku perubahan atau aktor perubahan sosial untuk mencapai
tingkat kesejahteraan sosial adalah mereka yang memilki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, namun
tanpa sadar perubahan yang dilakukan telah merubah kebudayaan masyrakat secara
mendasar.
Nilai
pada dasarnya berhubungan dengan manusia. Nilai itu penting, untuk melihat
sejauh mana variasi pengertian nilai tersebut terutama bagaimana hubungannya
dengan perkembangan pendidikan. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa defenisi
yang diharapkan mewakili beberapa sudut pandang nilai menurut beberapa pakar,
seperti yang dirangkum oleh Setiadi
dkk. sebagai berikut.
Menurut
Cheg, nilai merupakan sesuatu yang
potensial, dalam arti terdapatnya hubungan yang harmonis dan kreatif, sehingga
berfungsi untuk menyempurnakan manusia, sedangkan kualitas merupakan atribut
atau sifat yang seharusnya dimilki. Menurut Lasyo, Nilai bagi manusia adalah merupakan landasan atau motivasi
dalam segala tingkalahku atau perbuatan. Menurut Dardji Nilai adalah yang berguna bagi kehidupan manusia baik
jasmani ataupun rohani. Menurut Jak R.
Frangkel Nilai adalah gagasan konsep tentang sesuatu yang dipandang penting
seseorang dalam hidup. Sedangkan menurut Elly
M sendiri nilai adalah sesuatu yang baik yang diinginkan, dicita-citakan
dan di anggap penting oleh setiap manusia sebagai anggota masyarakat. Karena
itu sesuatu dapat dikatakana nilai apabila berguna dan berharga. Pengertian
nilai juga didefenisikan oleh Rafael
Raga Maran sebagai apa yang seharusnya terjadi, nilai itu luas, abstrak
standar kebenaran yang harus dimilki yang diinginkan dan harus dihormati. Ia
juga menambahkan nilai itu mengacu pada apa atau sesuatu yang oleh manusia atau
masyarakat dipandang sebagai hal yang paling berharga, dengan perkataan lain
nilai itu berasal dari pandangan hidup suatu masyarakat. Pandangan hidup
berasal dari manusia dengan Tuhan, alam semesta, dan terhadap sesamanya, sikap
ini dibentuk melalui berbagai pengalaman yang menandai sejarah kehidupan
masyarakat yang bersangkutan[5].
Clyde
Kluckhohn, mendefinisikan nilai sebagai sebuah konsepsi,
eksplisit atau implisit, menjadi ciri khusus seseorang atau sekelompok orang,
mengenai hal-hal yang diinginkan yang mempengaruhi pemilihan dari berbagai
cara-cara, alat-alat, tujuan-tujuan perbuatan yang tersedia[6].
Orientasi nilai budaya adalah konsepsi umum yang terorganisasi, yang
mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia dalam
alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal-hal yang diingini dan tak
diingini yang mungkin bertalian dengan hubungan antar orang dengan lingkungan
dan sesama manusia.
Kebudayaan adalah suatu fenomena universal. Setiap
masyarakat di dunia memiliki kebudayaan meskipun bentuk dan coraknya
berbeda-beda dari masyarakat yang satu ke masyarakat lainnya. Kebudayaan
menurut E.B.Tylor adalah kompleks
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat-istiadat
dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia
sebagai anggota masyarakat[7].
Menurut Selo Soemarjan dan Soelaeman
Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat. Ciri-ciri kebudayaan menurut Rafael
Raga Maran sebagai berikut.
a) Kebudayaan
adalah produk manusia. Artinya kebudayaan adalah ciptaan manusia bukan ciptaan Tuhan atau Dewa.
b) Kebudayaan
selalu bersifat sosial. Artinya kebudayaan tidak pernah dihasilkan secara
individual, melainkan manusia secara bersama.
c) Kebudayaan
itu diteruskan lewat proses belajar. Artinya kebudayaan itu di wariskan dari
generasi satu ke generasi yang lainya melalui suatu proses belajar.
d) Kebudayaan
bersifat simbolik sebab kebudayaan berbentuk ekspresi, ungkapan kehadiran
manusia.
e) Kebudayaan
adalah sistem pemenuhan berbagai kebutuhan manusia, tidak seperti hewan manusia memenuhi segala
kebutuhannya[8].
Gotong-royong
merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti bekerja bersama-sama untuk
mencapai suatu hasil yang didambakan, Menurut M. Nasroen, sikap gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam
menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan
tersebut secara adil. Atau suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan tanpa
pamrih dan secara suka rela oleh semua warga menurut batas kepampuan
masing-masing.
Semangat
gotong-royong didorong oleh suatu pikiran yaitu :
a. Bahwa manusia tidak hidup sendiri melainkan
hidup bersama dengan orang lain atau lingkungan
sosial.
b. Pada dasarnya manusia itu tergantung pada
manusia lainnya.
Manusia perlu menjaga hubungan baik
dengan sesamanya dan manusia perlu menyesuaikan
dirinya dengan anggota masyarakat yang lain.
Dalam pembahasan ini gotong-royong merupakan bagian dari
nilai budaya masyarakat Desa Lorulun. Menurut Koentjaraningrat nilai budaya
terdiri dari konsepsi–konsepsi yang hidup dalam
alam pikiran sebahagian besar warga masyarakat
mengenai hal–hal yang mereka anggap amat mulia[9].
Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan
dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang
mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara–cara, alat–alat, dan
tujuan–tujuan pembuatan yang tersedia. Clyde
Kluckhohn mendefinisikan nilai budaya sebagai konsepsi umum yang
terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam,
kedudukan manusia dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal–hal
yang diingini dan tidak diingini yang mungkin bertalian dengan hubungan orang
dengan lingkungan dan sesama manusia.[10]
Nilai
gotong-royong dimaksudkan pada paragarf di atas adalah nilai fakren yakni nilai
kekeluargaan dan kerjasama yang dilakukan oleh masyarakat Desa Lorulun dalam
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang dianggap berat dan sulit untuk dikerjakan
oleh seseorang individu. Yang dimaksudkan dengan fakren adalah masyarakat
secara bersama-sama bahu membahu membantu mengerjakan sesuatu pekerjaan, baik
yang bersifat pribadi maupun yang bersifat umum dalam masyarakat. Sebagai
contoh dapat digambarkan sebagai berikut, masyarakat dengan kesadaran yang
tinggi membentuk kelompok-kelompok tertentu dalam upaya untuk megerjakan atau
membangun rumah seseorang atau anggota dari kelompok tersebut, dan kegiatan ini
dilakukan secara bergiliran hingga semua anggota yang berada dalam kelompok itu
mempunyai giliran yang sama dalam membangun rumahnya. Selain pembentukan
kelompok oleh masyarakat kegiatan fakren juga terjadi dalam hubungan
kekeluargaan atau sering disebut sebagai marga/ mata ruma dan soa, dan konsep
kekeluargaan dilakukan oleh suatu keluarga/ marga tertentu ini berlangsung
dengan tujuan saling membantu untuk mencapai tingkat kesehjateraan yang lebi
baik, bahkan lebih dalam dari itu fakren merupakan fenomena sosial yang
menggambarkan keragaman adatis yang ada dalam masyarkat setempat. Kegiatan ini
telah berjalan dan terjalin lama dalam masyarakat setempat. Fakren juga dapat
dipandang sebagi modal sosial dan budaya dalam masyarakat desa lorulun, Modal Sosial adalah sumber daya yang
dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru. Seperti
diketahui bahwa sesuatu yang disebut sumber daya (resources) adalah sesuatu
yang dapat dipergunakan untuk dikonsumsi, disimpan dan diinvestasikan.
Sumberdaya yang digunakan untuk investasi disebut sebagai modal. Modal sosial
berbeda dengan istilah populer lainnya yaitu Modal Manusia (human capital).
Pada modal manusia segala sesuatunya lebih merujuk ke dimensi individual yaitu
daya dan keahlian yang dimiliki oleh seorang individu. Modal sosial juga sangat
dekat dengan terminologi sosial lainnya seperti yang dikenal sebagai kebajikan
sosial (social virtue). Perbedaan keduanya terletak pada
dimensi jaringan. Kebjikan
sosial akan sangat kuat dan berpengaruh jika didalamnya melekat perasaan
keterikatan untuk saling berhubungan yang besifat timbal balik dalam suatu
bentuk hubungan sosial.[11]
Robert D Putnam (2000) memberikan proposisi bahwa suatu entitas
masyarakat yang memiliki kebajikan sosial yang tinggi, tetapi hidup secara
sosial terisolasi akan dipandang sebagai masyarakat yang memiliki tingkat Modal
Sosial yang rendah. Randall Collin (1981) melakukan kajian tentang apa
yang dia sebut sebagai fenomena mikro dan interaksi sosial yaitu norma dan
jaringan (the norms and networks) yang sangat berpengaruh pada kehidupan
organisasi sosial. Norma yang terbentuk dan berulangnya pola pergaulan
keseharian akan menciptakan aturan aturan tersendiri dalam suatu masyarakat.Aturan
yang terbentuk tersebut kemudian akan menjadi dasar yang kuat dalam setiap
proses transaksi sosial, dan akan sangat membantu menjadikan berbagai urusan
sosial lebih efisien. Ketika norma ini kemudian menjadi norma asosiasi atau
norma kelompok, akan sangat banyak manfaatnya dan menguntungkan kehidupan
institusi sosial tersebut. Kekuatan-kekuatan sosial dalam melakukan interaksi
antar kelompok akan terbentuk. Pada akhirnya mempermudah upaya mencapai
kemajuan bersama. Bank Dunia (1999) mendefinisikan Modal Sosial sebagai
sesuatu yang merujuk ke dimensi institusional, hubungan- hubungan yang
tercipta, dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial
dalam masyarakat. Cohen dan Prusak (2001) memberikan pengertian bahwa
Modal Sosial sebagai stok dan hubungan yang aktif antar masyarakat. Setiap pola
hubungan yang terjadi diikat oleh kepercayaan (trust) kesaling pengertian
(mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat
anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara
efisien dan efektif. Demikian maka selain fakren merupakan nilai gotong royong
dalam masyarakat ia juga merupakan modal sosial dalam masyarakat dikarenakan
fakren dapat merupakan norma dalam masyarakat. Dalam pandangan ekonomi fakren
dapat dilihat dari cara dan pelaksanaannya yakni dalam pelaksanaanya jika pada
saat sekarang kebanyakan orang mengunakan uang untuk membangun rumah,
mengerjakan pekerjaan tertentu, misalkan memberi upah karyawan maka fakren
lebih berpedoman pada setiap orang yang ingin membangun rumah ia cukup
menyiapakan perlengkapanya saja sedangkan untuk biaya kerja ditanggung oleh
kelompok yang bersangkutan, dalam artian kelompok bersangkutan akan bersama-sama
bekerja dalam membangunya. Misalkan untuk atap rumah, biaya kerja, maka ada
bagian terkecil dari kelompok itu yang bersama-sama dengan keluarga untuk
meyiapkanya dan hal lain yang berhubungan dengannya. Dengan demikian dapat
meringankan beban yang sementara dialami oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.
Penjelasan di atas menisyaratkan bahwa masrakat Desa Lorun
membuhtukan apa yang dinamakan nilai gotong royong atau fakren tersebut,
kebutuhan dalam pengertiannya adalah Kebutuhan dasar manusia merupakan
unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan
fisiologi maupun psikologis.
Faktor – faktor yang
mempengaruhi kebutuhan dasar manusia
1. Penyakit. Jika dalam keadaan sakit maka
beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan
kebutuhan lebih besar dari biasanya.
2. Hubungan keluarga. Hubungan keluarga yang
baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling
percaya.
3. Konsep diri.
Konsep diri yang positif
memberikan makna dan keutuhan bagi se seorang.
Konsep diri yang sehat memberikan perasaan yang positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang
dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan
dan mengembangkan cara hidup yang sehat sehingga lebih mudah m emenuhi kebutuhan dasarnya
4. Tahap perkembangan. Setiap tahap perkembangan
manusia mempunyai kebutuhan yang
berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.
Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan
atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai
yang paling tinggi (aktualisasi diri). Hierarchy of needs (hirarki kebutuhan)
dari Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu
physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs
(kebutuhan akan rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih
sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan
self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri).
Kebutuhan fisiologis (Physiological) Jenis kebutuhan
ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti, makan,
minum, menghirup udara, dan sebagainya. Termasuk juga kebutuhan untuk
istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa sakit, dan seks.
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and security needs) Ketika
kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan
rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi dan keteraturan akan
menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa
cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya.
Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki
(love and Belonging needs)
Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub peminatan dan seterusnya. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs) Kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul kebutuhan akan harga diri. Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan higher one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior. Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization) Kebutuhan terakhir menurut hirarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri. Menurut Abraham Maslow, kepribadian bisa mencapai peringkat teratas ketika kebutuhan-kebutuhan primer ini banyak mengalami interaksi satu dengan yang lain, dan dengan aktualisasi diri seseorang akan bisa memanfaatkan faktor potensialnya secara sempurna.
Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub peminatan dan seterusnya. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs) Kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul kebutuhan akan harga diri. Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan higher one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior. Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization) Kebutuhan terakhir menurut hirarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri. Menurut Abraham Maslow, kepribadian bisa mencapai peringkat teratas ketika kebutuhan-kebutuhan primer ini banyak mengalami interaksi satu dengan yang lain, dan dengan aktualisasi diri seseorang akan bisa memanfaatkan faktor potensialnya secara sempurna.
Namun kegiatan sebagaimana dimaksudkan dalam pembahasan tadi
saat ini seakan telah hilang dimakan waktu seiring dengan lajunya tingkat
pendidikan yang dimilki angota masyarakat
di Kabupaten MTB lebih kusus di Desa Lorulun kecamatan wertamrian.
Perkembangan tingkat pendidikan yang semakin meningkat dalam masyarakat Desa
Lorulun dengan muda memaksa masyarakat setempat untuk merubah cara berpikir dan
cara bekerja dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari, sehingga masyarakat
cenderung berpikir induvidualis dan menutup diri.
E. Asumsi
Yang menjadi asumsi dalam penelitian ini adalah lajunya
tingkat pendidikan formal dalam masyarakat tanpa diimbangi dengan ketahanan
nilai sosial budaya yang kuat dalam diri masyarakat maka dapat mengakibatkan
disorganisasi sosial dalam masyarakat bahkan lebih dari itu terjadi mempengaruhi
nilai sosial budaya (fakren).
F. Defenisi Konseptual dan Operasional
F.1 Defenisi konseptual
a. Pendidikan
Menurut 1.John Dewey. Pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan
sesama manusia 2. M.J.
Longeveled pendidikan adalah usaha ,
pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak agar tertuju
kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
b. Nilai budaya
Nilai
budaya Menurut Koentjaraningrat
Nilai budaya terdiri dari konsepsi–konsepsi yang hidup
dalam alam pikiran sebahagian besar warga
masyarakat mengenai hal–hal yang mereka anggapkan apa yang menjadi amat mulia[12].
F.2 Defenisi operasional
a. Pendidikan
Pendidikan dalam
penelitian ini adalah pendidikan formal yaitu pendidikan sekolah dasar sampai
pendidikan sekolah tinggi.
b.
Nilai Budaya
Nilai
Budaya dalam penelitian ini adalah nilai budaya lokal di Desa Lorulun kecamatan
wertamrian yaitu nilai fakren yang mempunyai arti sama dengan sikap saling
tolong menolong antar warga masyarakat dalam aktifitas kemasyarakatan yang di
ukur dengan : 1. Tolong-menolong dalam membangun rumah. 2. Tolong menolong
dalam membangun prasarana Desa. 3. Tolong menolong dalam dalam pembangunan
Gereja. 4. Tolong menolong dalam kegiatan berkebun dan nelayan. 5. Tolong
menolong dalam hal perkawinan. 6. Tolong menolong dalam aktivitas pendidikan
(menyumbang kepada anak-anak yang studi lanjut).
G.
Metodologi Penelitian.
G.1.
Tipe Penelitian.
Tipe ini adalah kualitatif. Metode kualitatif atau
penelitian kualitatif adalah sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati[13]
G.2.
Lokasi Penelitian.
Lokasi penelitan yang dipilih untuk dijadikan obyek
penelitian ini adalah Desa Lorulun Kecamatan Wertamrian Kabupaten Maluku
Tenggara Barat Provinsi Maluku.
G.3.
Informan Kunci
Yang
menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kepala Desa
Lorulun yang berjumlah satu (1) orang. Kepalah soa dua (2) orang dari empat
kepala soa yang ada. 3. Tokoh agama sebanyak satu (1) orang. 4. Pemangku adat
sebanyak dua (2) orang. 5. Organisasi pemuda sebanyak dua (2) orang. 6. Warga
masyarakat dewasa berpendidikan SMP sebanyak satu (1) orang, SMA sebanyak dua
(2) orang, sarjana empat (4) orang, maka total informan adalah lima belas (15)
orang.
G.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini maka
akan digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data melalui
pengamatan terhadap obyek penelitian di lapangan.
b.
Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap informan dengan
menggunakan pedoman wawancara.
c. Studi
kepustakaan
Studi kepustakan dilakukan untuk mengupulkan data
melalui sumber-sumber literatur, bulletin, majalah, makalah, surat kabar,
jurnal, skripsi dan bahan pustaka lainnya guna melengkapi pemikiran yang
dituangkan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini.
G.5. Teknik Analisa Data.
Data yang berhasil dikumpulkan akan dianalisa secara kualitatif. Artinya data
yang terkumpul disajikan dengan apa adanya, kemudian dianalisa sehingga data
tersebut dapat dipahami dan dapat dimengerti maksudnya sesuai dengan tujuan
penelitian.
BAB
II
DESKRIPSI
OBYEK PENELITIAN
A.
KONDISI
GEOGRAFIS
A. 1.
Letak
Secara administratis wilayah Desa Lorulun
kecamatan wertamrian Kabupaten MTB dengan luas dan batas wilayah sebagai
berikut:
a. Desa
Lorulun merupakan ibu kota Kecamatan Wertamrian Kabupaten MTB yang terletak di
pesisir timur P. Yamdena. Jika ditinjau secara geografis maka letak Desa
Lorulun berada pada 131 38 LS 7 BT
b. Luas
wilaya : 7500
- Luas pekarangan : 40.000
- Luas areal perkebunan : 1500.000 m2
- Luas petuanan :
600.000 m2.
c. Batas
wilayah :
- Sebelah
utara berbatasan dengan Desa Atubul Raya
- Sebelah
selatan berbatasan dengan Desa Tumbur
- Sebelah
barat berbatasan dengan Desa Wermatang
- Sebalah
selatan berbatasan dengan laut Arafura
A. 2.
Keadaan Alam dan potensi fisik Lokal
Sebagian besar warga masyarakat desa
lorulun berada pada pesisir pantai yang sangat luas yang dimana curah hujan
terjadi pada musim timur yang berlangsung antara bulan April sampai bulan Juli
dan musim barat yang berlangsung antara
bulan Desember sampai bulan Maret, musim kemarau terjadi antara bulan
Agustus sampai bulan November dan kondisi laut bergelombang tinggi pada musim
timur yang terjadi antara bulan April sampai bulan Juli, dengan latar belakang
dan corak kehidupan yang berbeda-beda serta masyarakat yang cukup plural dengan
memiliki tophofrafi dataran yang renda serta rawan terhadap gelombang pasang
pada waktu musim timur dan dapat mengakibatkan kerusakan pada rumah warga, juga pegunungan dan hutan yang lebat dan
cukup luas.
Desa
Lorulun Kecamatan Wertamrian memilki sarana fisisk seperti : satu (1) buah
Kantor Desa dan balai Desa Lorulun, satu (1) buah gedung kantor kecamatan
wertamrian, satu (1) buah gedung kantor Polsek Wertamrian, buah satu (1) buah
gedung kantor UPTD Pertanian Kecamatan Wertamrian, satu (1) buah gedung persekolohan Taman Kanak
(TK) yayasan Santo Yosep milik gereja katolik. dua (2) buah gedung sekolah SD
Naskat (Nasional Katolik) I Santo Aloisus lorulun, dua (2) buah gedung sekolah
SD Naskat II Santo Aloisus Lorulun,
empat (4) buah gedung sekolah SMP Negeri 1 kecamatan wertamrian, tiga (3) buah
gedung SMA Negeri 1 Amtufu wertamrian. satu (1) buah gedung gereja Katolik
Santo Petrus dan Paulus Lorulun. satu (1) buah rumah Pastoran milik gereja
katolik yang merupakan tempat tinggal seoarang Pastour/imam/pelayan umat dari
gereja katolik. satu (1) buah gedung Biara Santo Yosep Lorulun yang merupakan
tempat tinggal para biarawati/suster-suster dari Gereja Katolik, satu (1) buah
gedung Poliklinik yayasan Santo Yosep milik gereja katolik. Dua (2) buah gedung
pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) Lorulun yang terletak di dua (2) lokasi
yang berbeda yakni yang digunakan sebagai rumah bersalin berada di sebelah
timur dan yang digunakan sebagai tempat rawat umum berada di sebelah barat di
samping jalan Trans Yamdena (jalan masuk Desa Lorulun), dua (2) buah gedung
rumah dinas petugas kesehatan/Dokter, satu (1) buah gedung rumah Adat Desa
Lorulun. Berdsarkan klasifikasi sarana fisik di asta maka desa lorulunm memilki
sarana fisik sebanyak 25 sarana.
B.
Kependudukan / Demografi
Berdasarkan
data yang di dapat pada Desa Lorulun Kecamatan Wertamrian maka jumlah penduduk
dan klasifikasinya dapat diuraikan sebagai berikut : jumlah penduduk 1889 jiwa
yang terdiri dari laki-laki 882 orang, perempuan 1007 jiwa, jumlah kepala
keluarga 434 KK. Kondisi masyarakat yang yang cukup prulasis walaupun masi
mengajak kesitu hal inidapat dilihat dari latar belakang perokonomian,
pendidikan dan status sosial yang cukup berbeda-beda ditamba juga dengan
kelompok masyarakat yang terdidri dari epat kelompok masyarakat yakni empat soa
yang ada sehingga kadang mengakibatkan konflik hal disebabkan masing-masing
marga sering mempertahankan hegomoni kolopok mereka sendiri, walaupun demikian
secara umum kehidupan masyarakat baik dan terhindar dari konflik yang luar
biasa besar.
B.1. keadaan penduduk menurut golongan umur
untuk mengetahui keadaan penduduk Desa Lorulun
menurut golongan umur maka dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel
1.
Jumlah
Penduduk Menurut Golongan Umur
No
|
Golongan Umur
|
Frekuensi
|
%
|
1
2
3
4
5
6
7
|
0 – 5
tahun
6 – 12
tahun
13 - 15
tahun
16 -
18 tahun
19 -
24 tahun
25 -
59 tahun
60
tahun ke atas
|
285
295
155
83
193
747
131
|
15,11
15,61
8, 21
4, 39
10,21
39,54
6,93
|
Total
|
1889
|
100
|
Berdasarkan data yang diperoleh maka akan dijelaskan
sebagai berikut : jumlah penduduk yang berusia 25 sampai 59 Tahun memiliki
jumlah jiwa tertinggi yaitu 747 jiwa atau 39,54%, diikuti penduduk yang berusia
6 sampai 12 tahun dengan jumlah 295 jiwa atau 15,61%, diikuti penduduk yang
berusia 0 sampai 5 tahun dengan jumlah 285 jiwa atau 15,11%, penduduk yang
berusia 19 sampai 24 tahun dengan jumlah 193 jiwa atau 10,21%, penduduk yang
berusia 13 sampai 15 tahun dengan jumlah 155 jiwa atau 8,21%, penduduk yang berusia
60 tahun ke atas dengan jumlah 131 jiwa atau 6,93% kemudian terakhir dan paling rendah jumlah
penduduknya adalah yang berusia 16 sampai 18 tahun dengan jumlah 83 jiwa atau
4,39%.
B.2. Jumlah
penduduk menurut tingkat pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses dimana seseorang
secara individu dilatih dan dibina mental dan pengetahuanya baik di
lingkunganya maupun masyarkat luas, pendidikan juga merupakan suatu proses
untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Kenyataan ini kemudian menentukan
bahwa tingkat pendidikan yang dicapai seseorang menentukan status sosialnya
dalam masyarakat. Pendidikan yang dimaksudkan adalah pendidikan formal yang
dimilki warga masyarakat Desa Lorulun Kecamatan Wertamrian Kabupaten MTB.
Untuk mengetahui lebi dalam mengenai tingkat
pendidikan formal yang dimilki masyarakat di Desa Lorulun maka dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel
2
Jumlah
Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No
|
Tingkat pendidikan
|
Frekuensi
|
%
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
|
Belum sekolah
Tidak perna sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat D1
Tamat D2
Tamat D3
Tamat S1
Tamat S2
|
265
8
12
756
506
259
2
15
20
42
4
|
14,02
0,43
0,63
40,03
26,78
13,72
0,10
0,79
1,08
2,21
0,21
|
Total
|
1889
|
100
|
Berdasarkan
data pada tabel di atas maka dapat dikatakan bahwa penduduk dengan jumlah
tertinggi adalah SD dengan jumlah penduduk 756 jiwa atau 40,03% . diikuti
SMP/sederajat dengan jumlah penduduk 506 jiwa atau 26,78%, SMA/Sederajat dengan
jumlah penduduk 259 jiwa atau13,72%. belum sekolah dengan jumlah penduduk 265
jiwa atau 14,02% . S1 dengan jumlah penduduk 42 jwa atau 2,21%. D3 dengan
jumlah penduduk 20 jiwa atau 1,08%. D2 dengan jumlah penduduk 15 jwa atau
0,79%. Tidak perna sekolah dengan jumlah penduduk 8 jiwa atau 0,43%. Diikuti S2
dengan jumlah penduduk 4 jiwa atau 0,21 %, kemudian yang terakhir adalah D1
dengan jumlah penduduk 2 jiwa atau 0,10%.
B.3 Jumlah
penduduk menurut golongan Agama
Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 29 ayat 1 menjamin setiap warga Negara Indonesia untuk memeluk
agamanya masing-masing serta berhak beribadah menurut agama dan kepercayaannya
itu. Berhubungan dengan itu untuk mengetahui penduduk Desa Lorulun menurut
golongan agama maka dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3
Jumlah
Penduduk Menurut Golongan Agama
No
|
Golongan Agama
|
Frekuensi
|
%
|
1
2
3
4
5
|
Islam
Kristen katolik
Kristen protestan
Hindu
Budha
|
12
1852
25
-
-
|
0,64
98,04
1,32
|
Total
|
1889
|
100
|
Berikut ini akan diuraikan jumlah penduduk
berdasarkan golongan agama sesuai tabel yang tertera di atas. Sesuai tabel
diatas maka jumlah penduduk dengan presentase tertinggi adalah yang beragama
Kriten Katolik dengan jumlah jiwa 1852 atau 98,04% diikuti Kristen Protestan
dengan jumlah jiwa 25 atau 1,32% dan disusul penduduk yang beragama Islam dengan jumlah jiwa 12 atau
0,64%. Hindu 0% demikian juga Budha 0%.
Terkait data di atas berikut akan di jelaskan secara
terperincih bahwa penduduk asli masyarakat Lorulun adalah mereka yang beragama
Kriten Katolik, sementara yang beragama Kristen protestan merupakan pendatang
namun telah menetap selam berpuluh puluh tahun sedangkan yang beragama Islam
merupakan penduduk pendatang baru yang berprofesi sebagai pedagang, mereka ini
tiba di Desa lorulun sekitar 3 tahun terakhir setelah Desa lorulun dimekarkan
mejadi pusat Kecamatan Wertamrian KAB MTB.
B.4.
Jumlah penduduk menurut Jenis Pekerjaan.
Tabel 4
Jumlah
Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
No
|
Jenis Pekerjaan
|
Frekuensi
|
%
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
|
Petani
Nelayan
Guru/pegawai
TNI/PORLI
Buruh
Tukang kayu
Tukang pasir
Tukang batu
Pengusaha
Papalele
Tukang Las
Tukang ojek
Pengemudi mobil
Belum bekerja
|
684
56
109
3
36
15
30
18
17
5
15
20
17
864
|
36,23
2,91
5,77
0,17
1,93
0,76
1,59
0,97
0,89
0,29
0,76
1,09
0,89
45,75
|
Total
|
1889
|
100
|
Berdasarkan
data pada tabel di atas maka dapat di jelaskan bahwa sebagian besar penduduk
pada Desa Lorulun belum bekerja sebanyak 864 jiwa atau 45,75%, diikuti petani
dengan jumlah penduduk 684 jiwa atau 36,23%, Guru pegawai dengan jumlah
penduduk 109 jiwa atau 5,77%, nelayan dengan jumlah penduduk 56 jiwa atau
2,91%, buruh dengan jumlah penduduk 36 jiwa atau 1,93%, tukang pasir dengan
jumlah penduduk 30 jiwa atau 1,95%, tukang ojek dengan jumlah penduduk 20 jiwa
atau 1,09%, tukang batu dengan jumlah
penduduk 18 jiwa atau 0,97%, diikuti pengusaha dengan jumlah penduduk 17 jiwa
atau 0,89% dan tukang ojek dengan jumlah penduduk 17 jiwa atau 0,89%, tukang
las dengan jumlaah penduduk 15 jiwa atau 0,79% dan tukang kayu dengan jumlah
penduduk 15 jiwa atau 0,79%, papalele dengan jumlah penduduk 5 jiwa atau 0,29%,
kemudian yang terkhir dan terkecil diatara mereka adalah TNI/PORLI dengan
jumlah penduduk 3 jiwa atau 0,17%.
B.5 KONDISI PEREKONOMIAN DESA
Berhubunagan
dengan perkembangan kondisi perekonomiam masyarakat berikut ini akan diuaraikan
seberapa besar potensi dan sarana perekonomian masyarakat Desa Lorulun, sesuai
data yang didapat maka penjelasannya adalah sebagai berikut : jenis uasaha
masyarakat perkelompok antaralain, koperasi 2 buah, kioas 17 bua, kelompok
tenun 2, kelompok ukiran I , kelompok perikanan 5 kelompok, kelompok pertanian
7, kelompok peternakan 2, kelompok perkebunan 5, kelompok usaha bersama 2,
kelompok bengkel tambal ban 1, kelompok bengkel las 1.
C.
SARANA SOSIAL
Kondisi sisoal
masyarakat dapat diukur dari seberapa besar anggotanya terhubung dengan
sarana-sarana sosial yang dimiliki masyarakat bersangkuatan. Berikut ini akan
diuraiakan seberapa banyak akses sosial yang dimilki masyarakat Desa
Lorulun. Adapun sarana sosial yang
terdapat pada Desa Lorulun Kecamatan Wertamrian adalah sebagai berikut :
C.1 Sarana Kesehatan
Kesehatan merupakan
sala satu faktor penentu kondisi kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah
tertentetu. Dengan semakin meningkatnya kondisi kesehatan masyarakat makah
dapat dikatakan bahwa dalam sisi ini masyarakat kemudian mengalami peningkatan
kesejahtehraan. Dengan penjelasan sebagaimana tertera di atas berkut ini akan
diuraikan serta diklasifikasikan sarana dan prasarana penunjang kesehatan
masyarakat Desa Lorulun sebagai berikut : jenis sarana pusat kesehatan
masyarakat (PUSKESMAS), jenis prasarana/fisik penunjang adalah 4 buah bangunan
yang terdiri dari 2 buah rumah dinas petugas kesehatan, satu (1) buah rumah
bersalin dan 2 buah bangunan pelayanan kesehatan untuk penyakit umum
lainnya. Terdapat pulah satu (1) sarana
kesehatan Poliklinik yayasan Santo Yosep Lorulun milik greja Katolik, jenis
prasarana/fisik penunjang adalah 1 buah bangunan dan alat-alat penunjang
lainya.
C,2 Air bersih
Air bersih merupakan
sarana yang berfungsi untuk masyarakat melangsungkan kehidupan mereka dimana
air bersih digunakan masyarakat untuk minum, makan, mandi, mencuci dan hal-hal
yang lainya, untuk mengetahui jenis air bersih yang dimilki masyarakat Desa
Lorulun maka dapat di lihat pada penjelasan berikut : jenis sarana,
pertama Air bersih. satu (1) sarana Air
PAM parasarana/fisik penunjang terdiri dari 2 buah tempat penampungan air
bersih yang kemudian disuplai ke 20 titik lokasi tempat tinggal masyarakat.
Kedua sumur warga masyarakat yang berjumlah 34 sumur.
C.3
Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan
tempat dimana melaluinya masyarakat dapat menuntut ilmu serta mempergunakannya
sebagai sarana untuk meningkatakan kecerdasan perpikir, penguatan mental dan
hal lain yang berguna bagi kesejahteraan hidup manusia dalam masyarakat. Dengan
penjelasan diatas berikut ini akan di jelaskan sarana dan prasarana penunjang
tingkat pendidikan milik masyarakat Desa Lorulun.
C.3.1 Sarana pendidikan anak usia dini (PAUD).
Berkaitan dengan ini di Desa Lorulun terdapat
2 bertuk sarana PAUD antara lain : PAUD A dengan sarana dan prasarana pendukung
sebagai berikut : jumlah guru pengasu (totour) 3 oarang berstatus honorer, 1
buah bangunan sementara yakni ruagan balai Desa Lorulun, fasilitas penujang 1 buah
ayunan, 1tempat taman bermain, alat
tulis menulis. PAUD B . jumlah guruh pengasu (totour) 3 orang yang bersatatus
honorer, 1 buah bangunan dengan status kotrakan rumah milik warga, fasilitas
penunjang ayaunan, alat alat permainan peningkatan pengetahuan anak dan alat
tulis menulis.
C.3.2 Sarana Pendidkan Taman kanak-kanak (TK)
Di desa lorulun terdapat 1 sekolah taman
kanak-kanak (TK) Melati Lorulun yayasan Santo Yosep milik gereja katolik,
fasilitas penunjang Guru pengasu 5 oarang yang terperinci 2 pegawai negeri
sipil dan 3 pegawai suasta, fasislitas penunjang 1 buah bangunan yang terdiri
dari 4 bilik ruangan yakni 2 ruangan belajar 1 kantor, 1 tempat permainan
peninngkatan kemampuan siswa, satu (1) taman bermain, satu (1) lapangan upacara
dan perlengkapan penunjang lainnya seperti alat tulis menulis.
C.3.3 Sarana Pendidikan Sekolah Dasar (SD)
Di Desa Lorulun
terdapat 2 buah SD milik yayasan Lelemuku dengan uraian dan penjelasanya
seperti berikut : 1. SD Naskat I Santo Aloisus Lorulun memiliki sarana dan
prasarana penunjang : tenaga guru dan pegawai (17) orang, bangunan fisik berupa
dua (2) bangunan yang terdiri dari enam (6) ruangan untuk aktifitas
pembelajaran sementara dua(2) ruangan dari bangunan kedua yang berfungsi
sebagai kantor dan perpustakaan. 2. SD Nakat II Santo Aloisius Lorulun memilki
sarana dan prasarana penunjang seperti berikut : tenaga guru dan pegawai 18
orang, dua(2) banguanan fisik yang terperinci sebagai berikut bangunan pertama memilki enam (6) ruangan dan
digunakan sebagai tempat belajar, bangunan kedua memilki dua ruangan dan
digunakan sebagai kantor dan perpustakaan.
C.3. 4. Sarana pendidikan SMP
Di Desa Lorulun
terdapat satu SMP yakni SMP Negeri I (satu) Kecamatan Wertamrian (sebelumnya
bernama SMP N 4 Tanimbar Selatan) yang memilki sarana dan prasarana sebagai
berikut : guru pegawai 28 orang, memilki empat (4) bua bagunan fisik dan terperici : bangunan pertama terdiri dari
empat bilik ruangan yang digunakan sebagai tempat belajar, bangunan kedua
terdiri dari tiga bilik ruangan yang digunakan sebagai tempat belajar mengajar,
banguanan ketiga terdiri dari satu (1)
ruangan yang digunakan sebagai Laboratorium IPA dan bangunan ketiga
terdiri dari satu ruangan yang digunakan sebagai kantor dan ruang kepalah
sekolah.
C.3.
5. Sarana pendidikan SMA
Di
Desa Lorulun terdapat satu SMA yakni SMA Negeri I Amtufu Wertamrian yang
memilki sarana dan sarana fisik sebagai berikut : tenaga guru dan pegawai 27
orang, empat (3) bagunan fisik yang terperinci : bangunan pertama terdiri dari
enam (6) bilik ruangan dimana lima (5) diantaranya digunakan sebagai ruangan
belajar mengajar dan satu (1) ruangan digunakan sebagai ruangan OSIS, bangunan
kedua terdiri dari dua (2) bilik ruangan dan digunakan sebagai kantor,
Laboratorium IPA dan bangunan keempat digunakan sebagai ruangan belajar
mengajar bangunan ini dalam keadaan di bangun. Selain itu sarana penunjang
seperti lapangan Volly, tenis meja serta fasilitas pelengkap kegiatan belajar
mengajar lainya.
D. KONDISI
SOSIAL MASYARAKAT
Masyarakat
di Desa Lorulun sekarang ini dapat dikatan sebagai masyarakat yang cukup plural
walaupun memang latar belakangnya berasal dari historis kebudayaan yang sama
namun melalui perkembangan yang semakin pesat terjadi yakni pembangunan dalam
dunia pendidikan, perekonomian, penyebaran penduduk, serta pemekaran wilah baru
yang menyebabkan Desa Lorulun dimekarkan menjadi sala satu pusat kecamatan di
MTB makah masyarakat Desa lorulun sekarang berada dalam kondisi sosial yang
cukup pluralis karena warga masyarkatnya telah memilki perbedaan dalam hal mata
pencaharian, agama serta status sosial yang cukup berbeda beda.
Selain
yang telah dijelaskan diatas warga masyarakat lorulun sekarang seakan berada
dalam sebuah tekanan sosial yakni sering terjadi konflik antar kelompok sosisal
dalam hal ini konflik yang terjadi antar Marga atau Soa, hal ini di sebabkan
oleh karena masing-masing soa mempertahankan Egonya, ego yang timbul akibat
persaingan tidak sehat terjadi dalam masyarakat dalam upaya membangun
masyarakat soanya masing-masing, sala satu hal yang memicu persaingan antar
kelompok sosial ini juga karena soa-soa yang ada memilki latarbelakang dan
asal-usul sejarah berbeda-beda yang kemudian disatukan menjadi suatu Desa yang
dinamakan Desa Amtufu Lorulun. Konflik seperti di atas kebayakan dilakukan oleh
kaula muda dalam masyarkat, akibat dari konflik yang terjadi ini kemidian
masyarakat hidup dalam perbedaan cara pandang dan perilaku.
BAB
III
ANALISIS
DAN PEMBAHASAN
Pada
bagian ini akan diberikan penjelasan mengenai hasil penelitian yang telah
dilakukan sehubungan dengan dampak tingkat pendidikan masyarakat terhadap
bergesarnya nilai fakren di Desa Lorulun Kecanmatan Wertamrian Kabupaten Maluku
Tenggara Barat.
Dampak
tingkat pendidikan terhadap nilai fakren adalah sala satu bentuk pergeseran
nilai sosial budaya masyarakat yang terjadi di Desa Lorulun Kecamatan
Wertamrian yang menyebabkan masyarakat hidup dalam kondisi tekanan sosial dan
tidak terpenuhinya kebutuhan Hidup secara indifidu maupun secara sosial. Nilai
Fakren ini merupakan sala satu bentuk nilai hidup saling tolong menolong atau
gotong royong dalam masyarakat Desa Lorulun.
Terkait
dengan penjelasan di atas maka pembahansan ini dapat di ukur denga asumsi bahwa
dengan lajunya tingkat pendidikan formal dalam masyarakat tanpa diimbangi
dengan ketahan niali sosial budaya dalam diri masyarakat maka dapat
mengakibatkan disorganisasi sosial bahkan lebi dari itu terjadi pergeseran
nilai sosial budaya.
Bertolak
dari asumsi di atas maka akan dijelaskan dan dianalisis sesuai dengan hasil
penelitian lapangan.
A. Karakteristik
informan
A.1. Umur dan Jenis
Kelamin
Berdasarkan
hasil penelitian di lapangan maka dapat dijelaskan tingkatan umur dan jenis
kelamin informan sebagai berukut bahwa informan yang memilki umur : dua puluh
empat (24) tahun satu(1) orang, dua puluh (25) tahun dua (2) orang, tiga puluh
(30) tahun satu (1) orang, tiga puluh empat (34) tahun 1 oarang, tiga puluh
sembilan (39) satu (1) orang, empat puluh (40) tahun dua (2) orang, empat puluh
satu(41) tahun dua (2) orang, empat puluh Sembilan (49) satu (1) orang, enam
puluh (60) tahun satu (1) orang, enam puluh empat (64) tahun satu (1) orang,
enam puluh tujuh (67) tahun satu (1) orang,
dari 15 (lima belas) informan yang ada dapat dijelaskan pulah bahwa
informan yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah empat belas (14) orang dan
yang berjenis kelamin perempuan berjumlah satu (1) orang.
A. 2.
Tingkat Agama Informan
Agama adalah
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan paham yang di anut oleh
setiap manusia untuk meningkatkan iman dan takwanya, Agama sebagaimana disebut
merupakan Hak Asasi manusia yang dimilkinya dimanapun dia berda dan melakukan
aktifitasnya, sesuaia hasil penelitian
di lapangan, maka keseluruhan informan menganut agama Kristen katolik.
A. 3.
Pekerjaan Sampingan
Pekerjaan
sampingan merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh informan untuk menunjang
pekerjaan pokok guna memenuhi kebutuhan hidup baik secara indifidu maupun dalam
keluarga. Jenis pekerjaan sampingan yang dilakukan informan dapat dijelaskan
sebagai berikut bahwa yang memilki pekerjaan sampingan antara lain kepala Desa
memilki pekerjaan sampingan adalah Bertani, kepela soa Horla memilki pekerjaan
sampingan operator sensor, kepala soa Homel memilki pekerjaan sampingan adalah
Tani, tokoh masyarakat atas nama Elias Onyaresepan memilki pekerjaan sampingan
tukang kayu dan bangunan jika ada proyek yang dikerjakan, tokoh masyarakat atas
nama Andreas Batmomolin memiliki pekerjaan sampingan nelayan jika memang cuaca
air laut tidak bergelombang tinggi, tokoh pemuda atas nama Moses Samponu
memilki pekerjaan tetap adalah Tukang Las dan pekerjaan sampingan adalah
bertani dan dilakukanya pada waktu luang, berdasarkan data diatas maka semua
informan memiki pekerjaan tetap dan sebagian diantara informan yang ada memiki
pekerjaan sampingan.
B. Dampak
Pendidikan Terhadap Sistem Nilai Fakren
B. 1.
Perkembangan Tingkat Pendidikan
Perkembembangan
tingkat pendidikan merupakan suatu tolak ukur yang dapat digunakan untuk
mengetahui sejauh mana perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat, lebih
khusus dalam penelitian ini adalah perubahan sosial yang memnyebabkan
bergesernya nilai sosial dan budaya masyarakat, seseorang secara induvidu
membutuhkan pendidikan formal dengan tujuan melati sikap, mental serta
pengetahuannya mengenai lingkukngan disekitarnya, terkait dengan masalah
pendidikan di atas maka berikut ini beberapa pertanyaan yang disampaikan pada
waktu peneletian :
Berkaitan
dengan perkembangan tingkat pendidikan warga masyarkat Desa lorulun maka
berikut ini pertanyaan yang dapat ditanyakan oleh peneliti terhadap informan
pertama yakni kepala Desa Lorulun :
“menurut
bapak apakah tingkat pendidikan masyarakat mengalami perubahan ?”
pertanyaan ini kemudian dapat dijawab oleh informan sebagaiman dikutip bahwa :
Tingkat
pendidikan masyarakat Desa Lorulun mengalami perubahan cukup baik, mengenai hal
ini dapat diamati dalam realitas masyarakat serta data-data yang diperoleh pemerintah Desa,
dimana data tersebut menunjukkan meningkatnya pendidikan warga masyarakat dari
tahun ke tahun, selain itu para kaula muda Desa ini tidak saja tinggal menetap
di Desa akan tetapi rela bepergian ditempat jauh seperti Ambon, Malang, Jogja,
Papua dan tempat lainnya guna menuntut ilmu dan mencari pekerjaan.
Berdasarkan
pertanyaan yang disampaikan oleh informan di atas maka dapat dianalisis bahwa
perkembangan tingkat pendidikan warga masyarakat Desa Lorulun mengalami
peningkatan yang pesat, perkembangan tersebut dapat diamati dalam realitas
masyarakat dan juga data-data yang diperoleh pemerintah Desa, selain itu
karakter pemuda di Desa juga sangat terbuka, bergiat dan termotifasi untuk
mencari pekerjaan dan juga mengayomi pendidikan yang lebih tinggi.
Untuk
memperkuat penjelasan dan uraian di atas kemidian peneliti melanjutkan
wawancara pada informan berikut yakni
kepala Soa Horla, terhadap informan ini kemudian pertanyaan yang disampaikan
peneliti terhadap informan adalah :
“bagaimana
perkembangan tingkat pendidikan masyarakat di soa ini ?”
pertanyaan ini kemudian
dapat dijawab informan sebagaimana dikutip bahwa :
”tingkat
pendidikan warga masyarakat di soa ini berkembang baik, bahkan soa ini lebih
pesat dibandingkan dengan soa-soa lain di Desa ini selain itu sebagian besar
pemuda soa ini sementara mengikuti kuliah di saumlaki, Malang(jawa timur) dan
kota-kota besar lainya).
Dari
jawaban diatas kemudian dapat dialanisis bahwa perkembagan tingkat pendidikan
warga masyrakat di Soa Horla mengalami perkembangan yang pesat di bandingkan
dengan Soa lain di Desa Lorulun, selain itu sebagian besar pemuda dalam Soa
juga sementara mengikuti perkuliahan baik di Saumlaki maupun kota-kota lain.
Untuk
memperkuat data yang didapat dari informan di atas Kemidian pertanyaan serupa
ditanykan lagi kepada Kepala Soa Mahu dan dari pertanyaan tersebut kemudian
dijawab oleh informan seperti dikutip bahwa :
“Tingkat
pendidikan masyarakat di soa ini semakin meningkat sebagian pemuda telah
mengikuti pendidikan hingga tingkat SMA ada juga yang mengikuti Pendidikan
sampai pada pendidikan tinggi dan ada juga yang telah memiliki pekerjaan tetap”.
Berdasarkan
jawaban di atas kemudian dapat dianalisis bahwa perkembangan tingkat pendidikan
yang terjadi di Soa mahu berkembang baik. Kebnyakan pemuda yang berada di Soa
juga memilki tingkat pendidikan hingga taraf SMA dan beberapa diatara pemuda
Soa memiliki tingkat pendidikan hingga tahapan yang lebih tinggi bahkan ada
yang telah memilki pekerjaan tetap.
Bertolak
pada jawaban beberapa informan di atas kemudian penulis merasa bahwa diperlukannya
keterangan lebih lanjut dari beberapa informan untuk memperkuat penjelasan di atas
kemudian penulis melakukan proses wawancara dengan beberapa tokoh prmuda
Terhadap
tokoh pemuda maka penulis jaga menetukan dua orang sebagai informan yang
merupakan keterwakilan dari kaum wanita satu dan juga kaum pria satu,
berdasarkan penjelasan ini kemudian dapat dirincikan sebagai berikut informan
pertama Moses Samponu (laki-laki) terhadap informan ini kemudian pertanyaan
yang ditayakan adalah :
“bagaimana
kondisi perkembangan tingkat pendidikan yang dimilki masyarakat lebih kusus di
kalangan pemuda ?.
Pertanyaan ini kemudian
dapat dijawab oleh informan seperti yang dikutib bahwa :
“tingkat
pendidikan pemuda saat ini berkembang baik kebanyakan diantara mereka
bersekolah hingga tingkat SMP dan SMA juga ada yang berpendidikan tinggi selain
itu ada juga yang sementara mengikuti perkuliahan”
Berdasarkan
jawaban di atas kemudian dapat dianalisis bahwa perkembangan tingkat pendidikan
pemuda dalam masyrakat mengalami perkembngan yang baik, tingkat pendidikan yang dimilki pemuda rata-rata berada
pada tingkat SMP, SMA dan bahkan berpendidikan hingga tingkat yang lebih
tinggi, selain itu sebagian diantara pemuda Desa juga sementara mengikuti
perkuliahan.
Setelah
didapatinya keterangan dari informan sebagimana telah dijelaskan dan dianalisis,
kemudian penulis bertanya lagi kepada informan dengan jenis pertanyaan seperti
berikut :
“dapatkah
saudara memberikan perbandingan tingkat pendidikan pemuda saat ini dengan
beberapa tahun yang lalu”.
Berdasarkan
pertanyaan di atas kemudian dijawab oleh informan seperti yang dikutip sebagai
berikut bahwa :
“beberapa
tahun lalu tingkat pendidikan warga masyarakat sangat buruk dikarenakan belum
tersedianya tingkat pendidikan SMA, tetapi untuk sekarang telah membaik karena
kebanyakan tingkat pendidikan yang
dimiliki adalah SMA dan juga mengikuti perkuliahan bahkan telah menyelesaikannya”.
Berdasarakan
pada jawaban informan di atas maka dapat dianalisa bahwa tingkat pendidikan
yang dimilki warga masyarakat pealami perubahan yang sangat signifikan jika
diberi perbandingan antara beberapa tahun lalu dengan perkembangannya sekarang,
hal ini justru dibantu dengan hadirnya jenjang tingkat pendidikan yang cukup
fariatif yang ada di dalam masyarakat berawal dari tingkat pendidikan SD, SMP
dan SMA yang telah hadir beberapa tahun lalu, selain itu para pemuda juga telah
mengikuti tingkat pendidikan formal sampai pada tingkatan yang lebih tinggi.
Setelah
didapatinya data dari informan di atas kemudian pertanyaan yang sama juga
ditanyahkan oleh penulis kepada tokoh pemuda lain yang merupakan perwakilan
dari kaum wanita atas nama : Kristina Kelbulan dengan Jenis pertanyaan adalah :
“bagaimana
kondisi perkembangan tingkat pendidikan yang dimilki masyarakat lebih kusus di
kalangan pemuda ?.
Berdasarkan
pertanyaan di atas maka dapat dijawab oleh informan sebagaimana dikutip bahwa :
“tingkat
pendidikan pemuda sekarang membaik, pengangguran juga mengurang mereka
termotifasi untuk bersekolah dan mencari pekerjaan, hal ini justru dibantu oleh
persekolahan yang telah ada di Desa ini yakni PAUD, TK, SD, SMP, SMA, sebagian
diatara mereka berkuliah dan juga sebagian
telah selesai berkuliah”.
Berdasarkan
pada jawaban yang disampaikan oleh informan di atas maka dapat dianalisis bahwa
perkembangan tingkat pendidikan warga masyarakat lebih khusus para pemuda
semakin meningkat, hal ini juga dapat berdampak pada penekanan angka
pengangguran yang semakin menurun, sikap pemuda setempat terbuka terhadap dunia
pendidikan, selain itu perkembangan tingkat pendidikan yang terjadi ini juga
dibantu oleh sarana pendidikan formal yang telah ada dalam masyrakat yakni
PAUD, TK, SD, SMP dan SMA.
Setelah
informan menjawab pertanyaan sebagaimana dikutip di atas kemudian penulis
menayakan lagi bahwa :
“dapatkah
saudara memberikan perbandingan tingkat pendidikan pemuda saat ini dengan
beberapa tahun yang lalu”.
Pertanyaan ini kemudian
dapat dijawab oleh informan sebagaiman dikutip bahwa :
“tingkat
pendidikan pemuda saat ini baik seperti yang telah disampaikan oleh saya,
tetapi dulu tingkat pendidikan warga masyarakat rendah misalnya orang tua kita
dulu kebanyakan diantara mereka bersekolah hanya pada tingkat SD dan SMP, bapak
saya juga pendidikannya SD.
Berdasarkan
pertanyaan di atas maka dapat diberikan analisa sebagai berikut bahwa tingkat
pendidikan warga masyrakat lebih khusus kaulah muda saat ini berkembang dengan
pesat bilah dibandingkan dengan beberapa tahun lalu, hal ini terlihat nyatah
pada tingkat pedidikan yang dimiliki sebahagian anggota masyarakat seperti para
orang tua.
Setelah
melakukan wawancara dengan beberapa informan sebagaimana telah dijelaskan dan
dianalisis di atas maka penulis melanjutkan proses wawancara dengan beberapa
informan yang merupakan keterwakilan dari masyarakat secara menyeluru. Maka
informan pertama yang ditujui penulis untuk melakukan wawancara adalah Elias
Onyaresepan, dalam proses wawancara maka pertanyaan pertama yang ditanyakan
penulis adalah :
Bagaimana
pandangan bapak mengenai tingkat pendidikan yang dimilikiwarga masyarakat ?
Terkait
pertanyaan ini kemudian dapat dijawab oleh informan sebagaimana dikutip bahwa :
tingkat
pendidikan masyarakat lorulun telah meningkat pesat, kebanyakan pemuda telah
bersekolah hingga pendidikan tinggi selain itu kita dapat melihat bahwa persekolahan
disini telah ada hingga tingkat SMA
Berdasarkan
pada jawaban di atas kemudian dapat dianalisis bahwa perkembangan tingkat
pendidikan warga masyarakat Desa Lorulun telah mengalami perkembangan,
perkembangan tersebut dapat diukur melalui tingkat pendidikan yang dimiliki
waraga masyarakat lebih kusus pada kalangan pemuda, hal lain juga yang dapat
digunakan sebagai patokan adalah telah tersedianya sarana pendidikan formal
yakni Sekolah Dasar sampai pendidikan SMA.
Terhadap
informan ini kemudian penulis menahyakan
lagi bahwa :
“bagaimana
perkembngan tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat saat ini dibandingkan
dengan beberapa tahun yang lalu ?.
Terhadap
pertanyaan ini kemudian dijawab oleh informan sebagaimana dikutip bahwa
“untuk
saat ini sama seperti yang telah saya sampaikan bahwa telah mengalami perubahan,
kalau dulu banyak pengangguaran, masyarakat bersekolah hanya sampai pada
tingkat SD atau SMP yang terpenting adalah mengetahui bagaimana caranya membaca dan menulis setelah itu putus sekolah
dan transportasi untuk pergi ke saumlaki juga sulit makanya terjadi penganguran.
Berdasarkan
pada jawaban di atas kemudian dapat dianalisis bahwa perkembangan tingkat
pendidikan yang dimiliki warga masyrakat di Desa Lorulun untuk saat ini telah
menglami banyak perubahan. Perbandingan tingkat pendidikan untuk saat ini
dengan beberapa tahun lalu sangat berbeda hal ini disebabkan karena pada beberapa
tahu lalu sarana pendidikan formal masyarakat hanya terbatas sampai tingkat
sekolah menengah pertama (SMP) sementara untuk saat ini berawal dari
terbentuknya sarana pendidikan SMA sekitar sepuluh tahun terakhir maka tingkat
pendidikan warga masyrakatpun mengalami perubahan yang semakin meningkat.
Terkait
permasalahan diatas kemudian penulis melanjutkan proses wawancara dengan seorag
tokoh pemuda atas nama Andreas Batmomolin, terhadap informan ini maka jenis
pertanyaan yang disampikan adalah :
“Bagaimana
pandangan bapak terhadap perkembnagan tingkat pendidikan yang dimiliki
masyarakat ?
Pertanyaan
ini kemudian dapat dijawab oleh informan sebagaimana dikutip bahwa :
“pendidikan
masyarakat telah mengalami perubahan, sebagian pemuda telah bersekolah sampai
pada tingkat SMA dan juga perguruan tinggi.
Bertolak
dari permasalahan yang disampaikan oleh informan di atas kemudian dapat
dianalisa bahwa perkembangan tingkat pendidikan warga masyarakat telah
mengalami perubahan, hal ini justru dibantu oleh karakter pemuda yang bersifat
terbuka terhadaap perkembangan tingkat pendidikan dalam masyarakat.
Kemudian penulis
menanyakan lagi kepada informan dengan jenis pertanyaan adalah :
“Bagaimana
perkembangan tingkat pendidikan masyarakat saat ini dibandingkan dengan
beberapa tahun yang lalu ?
Pertanyaan
ini kemudian dapat dijawab oleh informan sebagaimana dikutip bahwa :
“kalau
beberapa tahun lalu tingkat pendidikan warga masrakat tidak begitu berkembang kemudian
banyak yang putus sekolah tetapi untuk sekarang tidak lagi, anak muda sekarang
bersekolah dengan baik, dengan suatu tujuan ingin mendapatkan pekerjaan yang
layak.
berdasrkan
jawaban informan di atas maka dapat dianalisis bahwa tingkat pendidikan warga
masyarakat Lorulun beberapa tahun lalu mengalami perkembangan yang tidak
memadai hal ini ditandai dengan banyak pengangguran dan putus sekolah akan
tetapi permasalahan tersebut telah mengalami perubahan, yakni perkembangan
tingkat pendidikan warga masyarakat saat ini berkembangan pesat, pemuda dalam
masyarakat menuntut ilmu hingga pendidikan yang lebih tinggi dengan suatu
motifasi dan tujuan agar kelak mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.
Data
mengenai perkembangan tingkat pendidikan warga masyarakat yang diperoleh
penulis berdasarkan wawancara terhadap beberapa informan seperti yang terterah
di atas bagi penulis belum begitu akurat
kemudian penulis melakukan wawancara lagi dengan beberapa informan yakni :
informan atas nama Aleksander Ngilamele, terhadap informan ini maka pertanyaan
yang ditanyakan sama dengan pertanyaan sebelumnya yakni :
“bagaimana
pandangan saudara mengenai perkembangan tingkat pendidikan yang dimiliki Warga
masyarakat Desa Lorulun ?
Pertanyaan
ini kemudian dapat dijawab oleh informan sebgaimana dikutip bahwa :
“perkembangan
tingkat pendidikan warga masyarakat
telah berkembang baik hal ini di dukung oleh jenjang pendidikan formal yang ada
di dalam masyarakat yang terdiri dari Pendidikan Anak Usia Dini sampai pada Pendidikan
Menengah Atas.
Berdasarkan
jawaban informan di atas maka dapat dianalisis bahwa perkembangan tingkat
pendidikan warga masyarakat mengalami perubahan yang baik sala satu faktor
pendorong adalah telah tersedianya sarana pendidikan formal sesuai ukuran
kecamatan yang memadai berawal dari tingkat Pendidikan Dasar sampai pada
tingkat Pendidikan Menengah Atas.
Setelah
melakukan wawancara sebagaimana dijelaskan di atas maka penulis melanjutkan
proses wawancara terhadap informan atas nama Adrianus Seredity dengan jenis
pertanyaan adalah :
“bagaimana
pandangan saudara menyangkut tingkat pendidikan yang dimilki warga masyarakat Desa
Lorulun
Pertanyaan
ini kemudian dapat dijawab oleh informan sebgaimana dikutip bahwa :
“pendidikan
masyarakat lorulun saat ini telah mengalami perubahan yang lebih tinggi hal ini
terjadi berket dunkungan masyarakat terhadap dinia pendidikan yang sangat
besar, misalkan warga masyarakat lorulun
tidak kalah bersaing antara satu sama laianya, persaingan ini nampak
jika ada seseorang menyekolahkan anak mereka sampai tingkat yang lebih tinggi
maka warga masyrakat yang lainpun harus berusaha sedemikian.
Berdasarkan jawaban informan di atas maka
dapat dianalisis bahwa perkembangan tingkat pendidikan warga masyarakat
berkembang dengan pesat, perkembangan ini justru nampak akibat sifat
keterbukaan yang dimilki masyarakat di Desa Lorulun, keterbukaan dalam artian
bahwa warga masyarakat Desa Lorulun sangat peduli terhadap dunia pendidikan,
berkaitan dengan ini maka dapat dilihat dalam suatu realitas bahwa seoarang
warga tidak akan tinggal diam ketika anak orang lain mengayomi pendidikan
hingga pada tahap yang lebih tinggi sedangkan mereka kenapa tidak, atau dalam
artian bahwa terjadinya persaingan yang erat di dalam warga masyarakat yang
berkaitan dengan dunia pendidikan.
Setelah penulis
memperoleh jawaban yang sedemikian maka untuk memperdalam data, penulis manayakan
lagi kepada informan bahwa :
“Bagiamana
perkembangan tingkat pendidikan warga masyrakat saat ini dibandingkan dengan
beberapa tahu yang lalu ?
Berdasarkan
pada pertanyaan di atas maka dapat dijawab oleh informan sebagaimana dikutip
bahwa :
“Kalau
dulu tingkat pendidikan warga masyarakat Lorulun tidak mengalami peningkatan namun sekarang
sangat meningkat, kalau dulu setelah masyarakat menyelesaikan studinya pada tingkat
pendidikan SD atau SMP kemudian menika lalu mencari nafka dengan cara bertani
maka warga masyarakat Lorulun saat ini tidak lagi, mereka ingin bersekolah dan
kemudian mendapat pekerjaan yang layak karena mereka ingin mencontohi
teman-teman mereka yang telah selesai dan mendapat pekerjaan yang layak.
Berdasarkan
jawaban di atas maka dapat dianalisis bahwa perbandingan pendidikan yang
terjadi dalam masyarakat dahulu dengan masyarakat beberapa tahun terakhir
sangat berbeda, jika dahulu masyarakat bersekolah hingga berakhir pada tingkat
SMP dan setelah itu menikah dan melanjutkan keturunan maka sekarang tidak lagi.
Warga masyarakat Lorulun termotifasi unutk bersekolah dengan tujuan akan
mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, hal ini dikarenakan warga masyarakat
bercermin pada keberhasilan yang telah dimiliki oleh beberapa warga masyarakat
yang lain.
Kemudian
penulis menayakan lagi pertanyaan ini kepada informan yang lain atas nama
Yustus Werpinan dengan tujuan memperkuat data yang telah ada.
Terhadap
informan ini kemudian pertanyaan yang ingin ditayakan adalah sebagai berikut :
“bagaimana
pandangan bapak mengenai perkembangan tingkat pendidikan yang dimilki
masyarakat saat ini ?
Berdasarkan pertanyaan di atas kemudian dapat
dijawab oleh informan sebagaimana dikutip bahwa :
Tingkat
pendidikan di Desa Lorulun telah mengalami perkembangan yang sangat meningkat
karena setiap jenjang pendidikan mulai dari PAUD, TK, SD, SMP dan SMA telah ada
di Desa.
Berdasarkan
pada jawaban informan di atas maka dapat dianalisis bahwa perkembangan tingkat
pendidikan warga masyarakat Lorulun telah mengalami perkembnagan yang sangat
pesat, perkembnagan yang terjadi justru dibantu oleh keberadaan jenjang
pendidikan formal dalam masyarakat berawal dari tingkat Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) hingga pada jenjang Pendidikan Menengah Atas (SMA).
Kemudian
penulis menanyakan lagi kepada informan dengan jenis pertanyaan sebagai berikut
:
“Bagaimana perkembangan tingkat pendidikan
yang dimilki masyarakat saat ini dengan tingkat pendidikan masyrakat beberapa
tahun yang lalu ?
Berdasarkan
pada pertanyaan ini kemudian dapat dijawab oleh informan sebagaimana dikutip
bahwa :
“Perbandingan
tingkat pendidikan masyrakat saat ini dengan bebrapa tahun lalu cukup berbeda,
perbedaan ini nampak dalam kondisi anak muda sekarang, kebanyakan pemuda
memilki tingkat pendidikan yang fariatif seperti sebagian diantara mereka yang
berpendidikan SMP, ada juga, SMA dan juga berpendidikan tinggi S1.
Berdasarkan
pada jawaban di atas maka dapat diberikan analisis bahwa perkembangan tingkat
pendidikan warga masyarakat Desa Lorulun berkembang pesat. Perkembangan
terbesar terjadi dalam masyarakat lebi khusus kalangan pemuda, pemuda Desa
dewasa ini memilki tingkatan pendidikan yang cukup fariatif jika dibandingkan
dengan tingkat pendidikan masyarakat beberapa tahun lalu.
Berdasarkan
semua jawaban yang disampaikan informan serta penjelasan-penjelasan yang telah
disampaikan penulis maka dapat diberikan analisis secara menyeluruh bahwa
perkembangan tingkat pendidikan yang terjadi didalam masyarak Desa Lorulun saat
ini mengalami perukembangan yang meningkat. Tingkatan pendidikan yang
dimaksudkan adalah tingkatan pendidikan formal yang dilalui serta dimiliki
warga masyarakat Desa Lorulun. Tingkatan pendidikan formal adalah suatu status
yang tertera dan milki seseorang melalui perjuangannya dalam mengayomi
pendidikan formal di masyarakat. Pendidikan adalah suatu kondisi terlatihnya
sikap, jiwa dan itelektual seseoarang melalui sarana pedidikan tertentu, tujuan
dari pendidka ini adalah seseoarang dapat dilatih intelektualnya untuk
beradaptasi dengan permasalahan-permaslahan lingkungan sekitar.
B.2 Kondisi Sosial Budaya
Kondisi
sosial budaya adalah gambaran umum keadaan masyarakat terkait dengan kehidupan
masyarakat di suatu daerah, bagaimana masyarakat melakukan aktifitas sosialnya
sehari-hari yakni bagaimana mereka mencari makan dan minum, berinteraksi, dan
juga mengenai nilai dan norma yang dimiliki masyarakat untuk mengatur mereka
dalam melakukan aktifitas sosialnya itu, berhubungan dengan penulisan ini maka
kondisi sosial budaya masyarakat dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur
untuk mengetahui sejau mana perkembangan tingkat pendidikan yang dimliki
masyarakat, dapat berpengaruh terhadap bergesernya nilai sosial dan budaya
(nilai fakren) yang dimilki masyrakat Desa Lorulun.
Berkaitan
dengan kondisi sosial diatas berikut ini beberapa pertayaan dapat ditanyahkan
kepada informan pada waktu penulis melakukan wawancara.
Dalam melakukan proses wawancara maka
informan pertama yang merupakan target adalah Kepala Desa Lorulun.
Terhadap
kepala Desa Lorulun maka pertanyaan yang disampaika adalah sebagai berikut :
“bagaimana
kondisi sosial budaya sebelum dan sesudah meningkatnya tingkat pendidikan
masrakat lorulun” ?.
Berdasarkan
pada pertanyaan di atas maka dapat dijawab oleh informan sebagaimana dikutip
bahwa :
“beberapa
tahun lalu kondisi masyarakat erat dengan baik akan tetapi sekarang telah
meluntur, masyarakat lorulun sekarang
menganggap diri mereka pintar dan susah untuk diperintah, kalau dulu
masyarakat diperintakan untuk kerja bakti tidak begitu lama sekarang kalau mau
kerja setidaknya ada omelan atau tuntutan lebih dulu kemudian bekerja, para
pemuda kebanyakan mabuk-mabukan, para orang tua juga kebanyakan membuat
pemisahan apalagi kalau dibawahkan dalam isu soa dipastikan soa tertentu
kemudian mencari permasalan dengan soa lainya dan menyebabkan konfilk antar soa.
Berdasarkan
pada jawaban di atas maka dapat diberikan analisis bahwa kondisi sosial budaya masyarakat saat
ini tidak lagi erat sama seperti kondisi sosial masyarakat terdahulu, perbedaan
ini nampak nyatah dalam semua aktifitas dan kegiatan Desa, jika pekerjaan umum
maka yang berkesempatan hadir adalah para orang tua sementara pemuda
presentasenya sangat menurun, warga masyarakat desa seolah-olah berperilaku
yang menujukan bahwa diri mereka lebih pintar bila dibandingkan dengan warga
masyarakat yang lainya, konflik antar kelompok masyarakatpun bermunculan
apalagi yang berhungan dengan ego soa masing-masing.
Kemudian ditanyahkan lagi kepada informan
dengan pertanyaan bahwa :
“menurut
bapak apakah dengan perkembangan tingkat pendidikan masyarakat yang terjadi,
turut memberikan perubahan terhadap kondisi sosial budaya serta perekonmian
masyarakat ?.
Pertanyan
ini kemudian dapat dijawab informan
sebangaimana dikutip bahwa :
“ya
memang berubah nyatahnya secara perekonomian mereka yang berpendidikan tinggi
rata-rata memiliki penghasilan yang meningkat kedudukan mereka di masyarakat
juga semakin meningkat, namun satu hal jika diamati masyarakat seakan
berpetak-petak dalam pergaulan, yang berpendidkkan tinggi hanya bergaul dengan
kalangan yang sama, putus sekolah bergaul dengan putus sekolah, arang tua
bergaul dengan orang tua, hal ini juga yang memicu perbedaan di antara mereka
ambil missal jika ada kegiatan adat atau budaya tertentu hanya dihadiri oleh
para orang tua sementara pemuda beranggapan bahwa hal demikian telah
ketinggalan jaman.
Berdasarkan
pada jawaban di atas kemudian dapat dianalisis bahwa perkembangan tingkat
pendidikan yang dimiliki warga masyarakat memang secara kasat mata membaik akan
tetapi dampak dari itu adalah terjadiya perilaku menyimpang yang dipraktekan
oleh para pemuda dan juga aktor intelektual terhadap nilai dan norma dalam
masyrakat. Masyarakat sekan hidup dalam suasana terciptanya kelas sosial yang
sangat mendasar dalam artian yang kaya tetap kaya dan miskin tetap miskin
demikian pulah halnya dalam pergaulan.
Setelah
pejelasan yang diberikan oleh kepala Desa Lorulun demikian maka penulis
beranggapan bahwa alangka baiknya data tersebut diperkuat dengan keterangan
beberapa informan, maka penulis kemudian melakukan wawancara terhadap beberapa
informan diantaranya kepalah soa Horla dan Mahu.
Terhadap
informan ini maka penulis mengambil perwakilan 2 orang sebagai keterwakilan
dari empat kepalah soa yang ada. Kemudian penulis melakukan wawancara dengan
kepalah soa yang pertama yakni kepalah Soa Horla atas nama Iknasius Sarbunan
Terhadap
informan maka pertanyaan yang dapat disampaikan adalah :
”bagaimana
kondisi sosial budaya serta perekonomian masyarakat di soa yang bapak pimpin
saat ini ?.
Pertanyaan
ini kemudian dapat dijawab oleh informan sebagaimana dikutip bahwa :
“selama
ini kondisi sosial masyarakat cukup baik walau memang ada pihak-pihak tertentu
yang bersifat buruk, merasa diri pintar dan seakan membuat perbedaan diantara
masyarakat akan tetapi hal ini dapat di antisipasi oleh warga masyarakat yang
lain dan juga saya selaku kepalah soa. Secara ekonomi baik, masyrakat bekerja
diman-mana bukan saja petani tetapi juga di Perusahaan windu di atas serta
menjadi guru dan pegawai.
Berdasarkan jawaban yang disampaikan informan
di atas maka dapat di analisa bahwa kondisi sosial masyarakat di soa horla
secara umum membaik tetapi tidak dapat dihindari bahwa ada beberapa pihak
tertentu yang dengan sengaja membangun konflik, merasa diri pintar dan ingin
menang sendiri walaupun demikain hal ini dapat diredam oleh beberapa tokoh
masyrakat tertentu.
kemudian ditayahkan lagi kepada informan
demikian
“apakah
perkembangan tingkat pendidikan turut mempengaruhi kehidupan sosial budaya
serta perekonomian masyarakat.
berdasarkan
pertanyaan ini maka dapat di jawab oleh informan sebagaimana dikutip bahwa :
“ia
memang benar tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kehidupan sosial budaya
masyarakat Desa ini, karena semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimilki ia
pun mendapat pekerjaan yang baik maka semakin tinggi pulah pengahasilan yang
didapatinya.
Sesuai
jawaban di atas maka dapat diberikan analisis sebagai berikut bahwa
perkembangan tingkat pendidikan yang dimiliki warga masyarakat Desa Lorulun
sangat berpengaru terhadap pergeseran nilai sosial budaya yang dimilki
masyrakat.
Dan untuk memperkuat
data yang telah disampaikan oleh informan di atas maka kemudian penulis juga
melakukan wawancara kepada informan lain yakni kepalah Soa Mahu atas Nama
Alosius Sainyakit.
Terhadap informan
ini maka pertanyaan yang
disampaikan peneliti adalah
”bagaimana kondisi sosial budaya serta perekonomian masyarakat di soa
yang bapak pimpin saat ini ?.
Berdasarkan
pada pertanyaan diatas maka jawaban yang diberkan informan terhadap penulis
sebagaimana dikutip adalah berikut :
“kondisi
kehidupan masyarakat saat ini baik, begitu pulah dengan kondisi
perekonomianya namun di soa ini terjadi
perselisian diantara kelompok masyarakat yang ada yakni mata rumah Hurlatu dan
mata rumah Mandesi maslahnya adalah batas tanah petuanan yang hendak dijual dan
masalah adat lainya.
Berdasarkan
pada pertanyaan di atas maka dapat dianalisis bahwa kondisi sosial masyarkat di
soa Mahu sementara bermasalah yakni kerenggangan dalam masyarakat akibat
perselisian yang dibangun atar kedua kelompok di dalam soa bersangkutan.
Perselisian ini juga karena masalah ekonomi dalam masyarakat yang ingin di
penuhi mereka dengan menjual sebagian tanah adat dan petuanan teradap pihak
asing, dan juga masalah-maslah lain. Setelah melakukan wawancara dengan
informan sebagaimana disebut diatas, maka penulis juga melanjutkan wawancara
dengan beberapa tokoh Adat terkait dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
Untuk
tokoh adat maka penulis melakukan wawancara terhadap Informan pertama atas nama
Zeverianus Yaninresy. Terhadap informan ini maka pertanyaan yang disampaikan adalah
:
“apakah
dengan berkembangnya tingkat pendidikan dapat memberikan perubahan terhadap
nilai sosial budaya yang dimilki masyarakat Desa lorulun ?.
berdasarkan
pertanyaan diatas maka jawaban yang diberiakn informan adalah seperti yang
dikutip bahwa :
“ya
memang tingkat pendidikan masyarakat mempengaruhi melemahnya kegiatan fakren
bagaimana tidak ketika seseorang selesai bersekolah tinggi maka ia menciptakan
suatu hal yang baru, begitu pula dengan yang lainnya kemudian mencari pekejaan
dan setelah mendapatkannya tidak perna bergabung dalam pekerjaan umum Desa
dengan sebua alasan bahwa kesibukan yang tinggi.
Berdasarkan
pada jawaban di diatas kemudian dapat dianalisis bahwa perkembngan tingkat
pendidikan yang dimiliki warga masyarakat mempengaruhi bergesernya nilai sosial
budaya yakni nilai fakren yang dimilki masyarakat Lorulun, pergeseran ini
disebabkan kebanyakan para aktor intelektual yang ada membagun paradigma atau
cara berpikir yang berbeda dengan masyarakat sekitar. Kemudian setelah didapat
data demikian penulis juga menayakan kepada informan lain dengan pertanyaan
yang sama diantaranya adalah : Aloisus Londar
terhadap informan ini kemudian pertanyaan yang ditanyakan adalah
“apakah
dengan berkembangnya tingkat pendidikan dapat memberikan perubahan terhadap
nilai sosial budaya yakni nilai fakren yang dimilki masyarakat Desa lorulun ?.
Pertanyaan
ini kemudian dapat dijawab oleh informan seperti yang dikutip bahwa :
“benar
duluhkan masrakat belum bersekolah dengan baik contohnya saya. makanya nilai
itu sangat erat dibandingkan sekarang kebanyakan anak muda yang bersekolah
tinggi serta memilki pekerjaan yang baik makanya fakren itu telah berkurang
pelaksanaannya.
Berdasarkan
jawaban yang diberikan informan diatas maka dapat diberikan analisis bahwa
perkembangan tingkat pendidikan turut mempengaruhi pergeseran nilai fakren
dalam masyarakat. Pergeseran dalam artian bahwa masyarakat Lorulun sekarang
lebih berfokus dengan pekerjaan pribadi yang dimiliki bila dibandingkan dengan
pekerjaan umum. Pekerjaan pribadi yang didapat setelah warga masyarakat
bersangkutan mengayomi tingkat pendidikan formal hingga selesai, setidaknya
berada pada tingkatan yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Setelah
melakukan wawancara dengan beberapa tokoh adat sebagaimana telah dijelaskan di atas
kemudian penulis melanjutkan proses wawancara dengan beberapa tokoh pemuda. Pada
tahapan ini maka penulis mengklasifikasikannya seperti pada pembahasan sebelunnya
bahwa tokoh pemuda diambil dari dua orang diantaranya satu orang perempuan dan
satu orang laki-laki. Dalam melakukan wawancara dengan informan atas nama Moses
Smponu, maka pertanyaan yang disampaikan adalah
“Bagaiamana
sikap dan perilaku pemuda saat ini. Sejau yang saudara alami ?.
Sesuai dengan
pertanyaan di atas maka jawaban yang diberikan oleh informan sebagaimana
dikutip adalah :
“sikap
pemuda sekarang cukup baik dan juga kritis, namun tidak dapat dihindari bahwa
kenakalan pemuda juga meningkat dan lain hal sebaginaya.
Berdasarkan
pada jawaban di atas kemudian dapat dianalisis bahwa kondisi sosial masyarakat
lebih khusus pemuda saat ini sangat kritis. Kritis dalam jawaban ini memilki makna yang berarti pemuda semakin
berintelek dan berwawasan luas namun tetapi dengan apa yang dimilikinya ini
pihak pemuda juga berpotensi untuk melakukan tingkat kenakanlan bahkan konflik
sSosial dalam masyarakat.
Kemudian
ditanyakan lagi kepada informan bahwa :
“Apakah perilaku pemuda saat ini tetap
mencirikan nilai sosial budaya, tolong menolong (fakren) dalam masyarakat Desa
Lorulun ?.
Pertanyaan
ini kemudian dijawab oleh informana sebagaimana dikutip berikut :
“sebenarnaya
pemuda sekarang kurang sadar mengenai nilai itu mereka lebih mengandalkan
pengetahuan yang dimiliki, jadi lebih baik mereka disadarkan, ada juga yang
beranggapan bahwa nilai itu tidak sesuai dengan perkembangan sekarang.
Berdasarkan
jawaban di atas kemudian dapat di analisis bahwa pemuda lebih bersifat cuek
terhadap nilai sosial budaya dalam hal ini nilai fakren yang dimiliki masyarakat.
Angapan berikut juga muncul dalam diri pemuda bahwa nilai fakren ini tidak
sesuai dengan kondisi dan perkembangan jaman saat ini.
Setelah
mejawab demikian, kemudian penulis menayakan lagi kepada informan bahwa
“apakah para
kaulah muda sering berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah Desa ?.
Pertanyaan
ini kemudian dijawab oleh informan sebagaimana dikutip bahawa
“para
pemuda sekarang jarang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pemerintah Desa kaluapun ada yang menggabungkan diri itu pasti satu atau dua
orang saja.
Berdasarkan
jawaban di atas kemudian dapat dianalisis bahwa para pemuda sekarang sulit
berpartisipasi dalam segala proses dan kegiatan yang dilakukan oleh perintah
Desa apalagi yang berhubungan erat dengan kegiatan fakren tersebut, kegiatan
ini seakan hilang ditelan waktu serta peningkatan tingkat pendidikan yang
dimilki oleh kaum pemuda.
Kemudian untuk
memperkuat data yang telah ada penulis menambahkan satu pertanyaan lagi seperti
berikut :
“menurut
saudara apakah perilaku pemuda saat ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan
tingkat pendidikan yang dimilkinya ?.
Berdasarkan
pertanyaan di atas maka berikut ini jawaban yang disampaikan informan seperti
yang dikutip bahwa :
“untuk
sekarang nilai itu tidak begitu nampak apalagi di kalangan pemuda kalaupun ada
hal itu hanya dilakukan oleh para orang tua sementara pemuda lebih senang untuk mencari pekerjaan
lain bahkan selebihnya hanya ingin untuk bersenang-senang.
Berdasarkan pada jawaban yang disampaikan
informan tadi maka dapat dianalisis bahwa nilai fakren dalam masyarakat telah
mengalami pergeseran dan bahkan jarang untuk di praktekan, jikalau nilai itu
dipraktekan dalam masyarakat maka yang turut berpartisipasi dan mengambil bahagian
adalah para orang tua sementara generasi muda tidak perna berpartisipasi dalam
kegiatan dimaksud.
Untuk
memperjelas bukti penelitian yang telah disampaikan oleh tokoh pemuda diatas
maka pertanyaan sejenis juga ditanyakan kepada informan yang merupakan
keterwakilan dari pihak perempuan yakni informan atas nama Kristina Kelbulan
Terhadap informan ini
kemudian pertanyaan yang disampaikan adalah :
Bagaiamana
sikap dan perilaku pemuda saat ini. Sejau yang saudara alami ?.
Berdasarkan
pada pertanyaan di atas maka jawaban yang diberikan oleh informan sebagaimana
dikutip adalah :
“perkembangan
pemuda saat ini baik, terjadi persaingan yang sangat mendasar apalagi
hubungannya dengan pendidikan dan pekerjaan mereka seakan merasa iri jika
teman-teman sejawat memiliki pendidikan dan pekerjaan yang layak mengapa mereka
tidak, namun dilain pihak sikap dan perilaku pemuda tidak begitu terpuji,
seperti mabuk-mabukan dan membuat onar.
Berdasarkan
pada jawaban di atas maka dapat dianalisis bahwa kondisi sosial masyarakat
lebih khusus kaula muda secara umum membaik namum bila kita teliti lebih
mendalam maka terdapat perselisian dan konflik tersembunyi didalam diri pemuda,
persaingan positif juga ada seperti peningkatan kecerdasan dalam dunia
pendidikan namun juga persaingan ini dapat berpotensi negativ jika tidak dapat
dimaknai secara baik oleh para pemuda. Perilaku pemuda terkadang menimbulakan
fenomena yang meresahakan warga masyarakat seperti misalnya mabuk-mabukan dan
perekelahian dalam masrakat.
Kemudian untuk menjadi
suatu bahan acuan serta data yang akurat bagi peneliti tentang pergeseran nilai
sosial budaya dalam masyarakat maka
penulis bertanya lagi kepada informan bahwa :
Apakah perilaku pemuda saat ini tetap
mencirikan nilai sosial budaya (fakren) tolong-menolong dalam masyarakat Desa
Lorulun.
Pertanyaan
ini kemudian dapat dijawab oleh informan sebagaimana dikutip bahwa :
perilaku
pemuda saat ini sulit untuk menciriak nilai itu, kaluapu ada sebagian kecil
saja yang melakukanya, bila terdapat orang meninggal banyak anak muda yang
membantu tetapi selain dari itu tiadak lagi kalau ada kegitan sedemikian banyak
dilakukan oleh para orang tua.
Terkait
dengan jawaban yang disampaikan informan kepada penulis maka dapat dianalisis
bahwa untuk kegiatan yang menciriakan nilai fakren untuk saat ini telah jarang
di praktekan dalam masyarakat lebih khusus kaum muda, praktek nilai gotong
royong (fakren) sendiri baru akan Nampak dalam masyarakat ketika ada
kegitan-kegiatan relijius ataupun dalam kegiatan yang menimbulkan belaskasihan
dari masyarakat lain misalnya bersama-sama membantu seorang keluarga yang
sementara mengalami kedukaan.
Setelah
mengatakan jawaban yang demikian maka penulis juga menayakan lagi kepada
informan dengan jenis pertayaan sebagai berikut :
“apakah para
kaulah muda sering berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah Desa ?.
Pertanyaan
ini kemudian dapat dijawab oleh informan sebagaiman dikutip bahwa
“kebanyakan
pemuda tidak berpartisipasi, kalau kumpul pemuda untuk meminum minuman keras
atau mengerjakan perlengkapan pesta karena akan ada pesta lebih ditanggapi,
selain dari itu untuk mengerjahkan pekerjaan umun atau bahkan membantu tetangga
yang sementara bekerja rumah sangat sulit, kalaupun ada pasti diberikan upah
kerja, mereka lebih memilih pekerjaan yang menghasilkan upah yang lebih besar.
Berdasarkan
jawaban di atas kemudian dapat dianalisa bahwa perkembangan nilai fakren dalam
masyarakat telah mengalami pergeserang luar biasa lebih khusus di kalangan
pemuda, para pemuda tidak lagi menyadari akan keberadaan nilai ini dalam
masyarakat, pergeseran nilai ini juga Nampak nyatah dalam masyarakat yakni
ketika para pemuda diberikan upah yang maksimal dalam bekerja maka mereka bekerja
selain itu sangat sulit, satu perilaku buruk pemuda juuga adalah jika para
pemuda dikumpulkan untuk minum minuman keras kemudian juga untuk berpesta maka
secara spontan pemuda akan bergegas-gegas untuk berpartisipasi dalam kegiatan
dimaksud sementara untuk kegiatan yang sekedar hanya untuk membantu bagi mereka
tidak berguna.
Setelah
penyampain jawaban oleh informan sebagaimana terurai di atas kemudian penulis
menanyakan lagi kepada informan dengan pertanyaan bahwa :
“menurut
saudara apakah perilaku pemuda saat ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan
tingkat pendidikan yang dimilkinya ?.
Pertanyaan
sebagaimana yang ditanyakan tadi kemudian dapat dijawab oleh informan
sebagaimana dikutip bahwa :
“memang
perilaku pemuda saat ini sangat dipegaruhi oleh pendidikan yang dimiliki mereka
dan juga perkembangan teknologi dan komunikasi, coba dibayangkan bila seseorang
pergi berkuliah dan setelah itu kembali kemudian mendapat pekerjaan baik dan
juga melakukan kegiatan atau aksi-aksi yang merubah budaya masyarakat sama
seperti yang didapatinya ditempat lain pastilah para pemuda meniru apa yang
dilakukanya itu.
Berdasarakan
jawaban yang disampaikan informan maka dapat dianalisis bahwa peningkatan
tingkat pendidikan yang dimiliki warga masyarakat dapat berpengaruh terhadap
bergesernya nilai-nilai sosial budaya dalam masyrakat, perubahan yang terjadi
tergantung pada seseorang yang dinamakan sebagai pelaku perubahan, pelaku
perubahan yang dimaksudkan dalam jawaban diatas adalah mereka yang dengan
sengaja melakukan perubahan terhadap nilai sosial budaya masyarakat desa
lorulun yang kemudian dipaksakan untuk mengikuti nilai dan budaya yang
didapatkan oleh mereka di tempat lain. Nilai baru yang dipaksakan untuk merubah
karakter masyarakat tersebut juga bukan saja didapatinya di daerah lain melaui
berkunjung kedaerah tersebut akan tetapi hal ini juga didapat dari media
elektronik dan sarana informasi serta komunikasi yang ada.
Setelah
dilakukannya wawancara bersama-sama dengan beberapa tokoh pemuda seperti yang
telah diurakan di atas, selanjutnya penulis melakukan wawancara terhadap
beberapa tokoh masyarakat guna melengkapi data-data yang telah tersedia,
berikut ini hasil wawancara yang dapat dijelaskan sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh informan.
Dalam melakukan wawancara maka informan
pertama yang dikunjungi penulis adalah informan atas nama Elias Onyaresepan. Terhadap
informan ini kemudian penulis memberikan pertanyaan sebagai berikut
“bagaimana
kondisi sosial budaya serta perekonomian masyarakat saat ini ?.
Terhadap
pertanyaan ini kemudia dijawab oleh informan sebagimana dikutip bahwa :
“kehidupan
masyarkat saat ini membaik namun terjadi persaingan tertentu dalam masrakat,
budaya masrakat juga mengalami perubahan, sebagian dari budaya mereka, tidak
dipertahankan lagi melaikan mereka lebih sering meniru kebudayaan lain dari TV
dan sebagainya, perekonomian masyrakat juga meningkat namun tidak dapat
dihindari bahwa sebagian dari mereka semakin tertinggal.
Berdasarkan
pada jawaban di atas kemudian dapat dianalisis bahwa kondisi sosial budaya
masyarakat saat ini mengalami perubahan, perubahan yang terjadi diakibatkan
oleh karena sikap masyarakat yang dengan muda dapat menerima kebudayaan yang
didapatinya dari dunia luar tanpa adanya suatu kajian atau bahkan penyaringan
terlebih dahulu apakah kebudayaan itu baik ataupun juga buruk bagi kondisi
sosial masyarakat setempat. Persaingan mendasarpun juga dapat terjadi dalam
masyarakat. Secara ekonomis masyarakat semakin meningkat tetapi dampak buruknya
adalah pihak tertentu akan mendapat tekanan ekonomi yang semakin membesar yang
dapat menyebabkan dirinya semakin terpuruk dengan kondisi yang dimilkinya ini.
Kemudian
penulis menayakan pertanyaan berkut kepada informan yakni :
“Menurut
bapak apakah perkembngan tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat turut
mempengaruhi melemahnya nilai sosial budaya atau fakren yang dimiliki
masyarakat.
Pertanyaan
sebagaimana tertera diatas kemudian dapat dijawab oleh informan sebagaimana
dikutip bahwa :
“bagi
saya sangat berpengaruh karena dengan tingginya tingkat pedidikan yang dimikli
masyarakat sekarang seseorang dapat bekerja di tempat-tempat yang baik dan
memiliki pengahasilan yang baik pulah sehingga yang bersangkutan sibuk dengan
pekerjaannya makanya lebih baik ia menyewa para karyawan untuk mengerjakan
pekerjaannya seperti membangun rumah,
dengan demikian masyrakat juga meniru apa yang dilakukannya.
Berdasarkan
pada jawaban diatas kemudian dapat dianalisis bahwa perkembangan tingkat
pendidikan yang dimilki warga masyarkat turut bepengauh terhadap pergeseran
nilai sosial budaya yakini nilai fakren dalam masrakat. Dengan semakin
meningkatnya tingkat pendidikan yang diliki waraga masyarakat maka memberikan
peluang kepadanya untuk kemudian mendapat pekerjaan lain dimana baginya
pekerjaan tersebut dapat menjadiakn dirinya memiliki masa depan yang lebih
berarti, motifasi inilah yang kemudian menjadikan warga masyarakat lebih sering
mencurahakan waktunya untuk mengerjakan pekerjaan yang diembankan kepadanya
dibandingkan dengan bergabung dalam pekerjaan umum seperti kegiatan fakren, ia
lebih sering menggunakan para karyawan untuk megerjakan pekerjaan seperti
membangun rumahnya dengan demikan ia tidak akan bergabung dalam pekerjaan umum
seperti yang dikehendaki nilai fakren.
Kemudian
dapat ditayakan lagi oleh penulis kepada informan bahwa :
“apakah dengan melemahnya nilai tersebut dapat
mempengaruhi kondidsi sosial dan perekonomian dalam masyaraka.
Berdasarkan
pada pertanyaan di atas maka dapat dijawab oleh informan seperti yang dikutip bahwa :
ya
memang tingkat pendidikan masyarakat sangat berpengaruh terhadap nilai sosial
dan budaya seperti yang telah saya katakan, sebagian besar dari masyarakat
lebih mengandalakan kemampuan sendiri dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
mereka, juga untuk sekarang terjadi perbedaan antara kelompok yang satu dengan
kelompok lainnya, masyarakat juga harus
berusaha kalau tidak ya mereka semakin
tertinggal.
Berdasarkan
pada jawaban di atas kemudian dapat dianalisa oleh penulis bahwa pada tahapan
ini sikap individualistik dan keegoisme pribadi dari warga masayarakat sangat
menyolok, sikap ini berpotensi memberikan perbedaan atau kesejangan sosial yang
besar terhadap realitas hidup masyarakat, perbedaan yang terjadi dapat menimbulakn
konflik atau disoraganisis sosial dalam masyarakat. Bahkan jau lebih dari itu
masyarakat juga akan semakin hidup pada perbedaan latar belakang ekonomi yang
luar biasa yakni yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin
miskin.
Setelah
melakukan wawancara dengan informan diatas kemudian penulis melanjutkan wawancara
dengan informan berikut yakni informan atas nama Andreas Batmomolin
Terhadap iniforman ini maka pertanyaan yang
sama juga penulis sampaikan kepada informan seperti berikut :
“Sebagai
anggota masyarakat maka merut bapak bagaimana kondisi sosial budaya dan
perekonomian masrakat saat ini ?.
Berdasarkan pada pertanyaan di atas kemudian
dapat dijawab informan kepada penulis demikian :
kehidupan
sosial masyarakat Lorulun saat ini berkembang dengan baik namun banyak
permasalahan yang dilakukan antar kelompok tertentu misalkan mata rumah yang
satu dengan mata rumah yang lain, juga sering terjadi konflik antara soa yang
satu dengan soa yang lain lebih khusus anak-anak muda, belum lagi terjadi
persaingan yang sangat tinggi dalam warga menyangkut membiayai pendidikan
anak-anak membangun rumah dan hal-hal lain.
Berdasarkan
pada jawaban informan di atas kemudian dapat dianalisis bahwa kondisi sosial
masyarakat saat ini megalami perkembangan baik, walaupun demikian dalam
masyarakat juga terjadi
persaingan-persaingan tertentu, masyarakat seakan terbawa dalam ego soa dan
dapat mengakibatkan konflik, masyarakat hidup dalam sebuah arus kelompok yang
kemudian menjerumuskanya untuk melakukan perlakuan yang tidak terpuji.
Persaingan lain juga muncul dalam masyarakat menyangkut memebiayai
persekolahaan anak-anak, memebangun rumah da permasalahan lain sebagainya.
Setelah dilakukanyan
wawancara sedemikian maka penulis juga menyampaikan bebrapa pertanyaan berikut
:
“menurut
bapak apakah perkembangan tingkat pendidikan turut memperngaruhi melemahnya
nilai sosial budaya dalam hal ini nilai fakren dalam masyarakat. ?
Pertanyaan ini kemudian
dapat dijawab informan sebangaimana dikutip bahwa
“memang
tingkat pendidikan yang dimilki masyarakat sangat mempengaruhi nilai fakren
ini, kalau dulu nilai ini sangat kuat untuk sekarang tidak lagi, jarang Nampak
kelompok yang mengerjakan pekerjaan umum sperti membangun rumah dan pekerjaan
lainya.
Bertolak
dari permasalahan yang disampaikan informan di atas maka dapat dianalisis
sebagai berukut bahwa perkembangan
tingkat pendidikan warga masyarakat merupakan sala satu faktor yang dapat
mempengaruhi bergesernya nilai fakren dalam masyarakat Desa lorulun. Pergeseran
demikian dapat diukur ketika kita melakukan perbandingan pelaksanaan nilai
fakren pada beberapa tahun lalu dengan pelaksanaannya saat ini yang telah
jarang untuk dipraktekan dalam masyarakat. Jika dahulu masi nampak nilai itu
maka sekarang pelasanaanya telah mengalami pergeseran dan bahkan tidak lagi ada
dalam masyarakat.
Setelah
penulis bertanya demikian kepada informan maka penulis bertanya lagi dan
pertanyaan yang disampaikan adalah :
“Apakah
dengan melemanya nilai fakren dalam masyarkat dapat mempegaruhi kondisi sosial
dan perekonomian masyarakat.
Pertanyaan
ini kemudian dapat dijawab oleh informan sebagaimana dikutip bahwa
“nilai
tersebut sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat, karena dengan nilai itu
masyarakat dapat mempererat tali
persaudaraan yang ada dan juga dalam hal perekonomian masyarakat semakin
sulit untuk membangun rumah pribadi mereka dan juga dalam kegiatan-kegiatan
lainya.
Berdasarkan
pada jawaban informan di atas kemudian dapat dianalisis bahwa sebenarnya nilai
fakren dapat digunakan untuk mempererat tali persaudaraan antara masyarakat,
selain itu dengan melemahnya nilai ini maka secara perekonomian terjadinya
pemisahan yang sangat luar biasa, warga masyarakat tertentu dapat mengalmi tekanan perekonomian lebih
khusus erat hubunganya dengan pembangunan rumah dan kebutuhan mendasarlainnya.
Setelah
melakukan wawancara dengan beberapa informan diatas namun bagi penulis data
tersebut belum dapat digunakan sebagai
tolok ukur tekait masalah yang sedang diamati maka penulis juga
melakukan wawancara dengan beberapa informan berikut untuk memperjelas dan
meperkuat data yang telah diperoleh. Proses wawancara terhadap informan atas
nama Adrianus Serediti
Terhadap
informan ini kemudian penulis menyampaikan pertanyaan sebagai berikut bahwa:
“Sebagai
anggota masyarakat menrut saudara bagaimana kondisi sosial budaya masyarakat
Desa saat ini.
Berdasarkan
pertanyaan diatas kemudian dapat dijawab oleh informan sebagaimana dikutip
bahwa :
“Kondisi sosial dan juga
perekonomiam masyarakt saat ini baik terjadinya pekerkembnagan yang memadai
masyarakat semakin banyak yang memilki pekerjaan yang baik, bukan saja PNS
tetapi juga ada yang menjadi buruh perusahaan di PT windu dan juga lainya.
Namun sala satu hal yang Nampak buruk dari situ adalah para kaulah muda banyak
mabuk-mabukan dan membuat onar, satu hal lagi yakni anak muda sekarang tidak
menghargai orang yang lebih tua lagi.
Terkait jawaban diatas maka dapat dianalisa bahwa
informan ingin menjelaskan kondisi perekomian masyarakat secara menyeluruh
membaik penekanan pada angka penganguran dalam masyarakat juga menurun karena
semakin banyak pemuda yang mendapat pekerjaan yang berfariatif, permasalahan
yang muncul dibalik ini adalah terjadinya perselisian dan kondisi sosial yang
kurang menyenagkan, pemuda tidak lagi menanamkan siakap saling menghormati dan
menghargai dalam masyarakat.
Kemudian penulis menayakan lagi kepada informan
sebagai berikut
Menurut saudara apakah perkembangan
tingkat pendidikan masyarakat turut mempengaruhi bergesernya nilai fakren dalam
masyarakat :
Pertanyaan ini kemudian dapat dijawab oleh informan
sebagimana dikutip bahwa :
Bagi saya pendidikan sangat
mempengaruhi kehidupan masyarkat, nilai-nilai itu hanya Nampak ketika bakti di gereja
, kalau dalam hal pembangunan ruamah kebanyahkan warga menyewah para pekerja
untuk mengerjakannya.
Berdasarkan
jawaban informan di atas kemudian dapat dianalisa sebagai berikut bahwa
perkembagan tingkat pendidikan masyarakat turut mempengaruhi nilai fakren dalam
masyarakat, setelah meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat dewasa ini
kemudian sikap dan perilaku masyarakat tidak lagi mencirikan kegiatan dimaksud
kalaupun ada maka kebanyakan nilai tersebut dilakukan dalam kegiatan-kegiatan
yang berbahu kerohanian semata misalnya pekerjan digeraja dan tempat kerohanian
lainya, sementara untuk kegiatan lain tidak, dan kalaupun adanya kegiatan
dimaksud maka partisipasi masyarakatpun menurun.
Kemudian penulis menanyakan lagi kepada informan
seperti yang tertera berikut ini :
“Apakah dengan melemahnya nilai
fakren dalam masyarakat turut mempenagruhi kondidsi sosial dan perekonomian
masyarakat ?.
Berdasarkan pertanyaan diatas kemudain dapat dijawab
oleh informan sebagaimana dikutip bahwa :
“Nilai ini
turut mempengaruhi kondisi sosial budaya dalam masyarakat, secara perekonomian
ada masyrakat tertentu yang semakin
sulit untuk membangun rumah mereka atau
dalam upaya mengerjakan pekerjaan yang lebih besar karena hal ini membutuhkan
biaya yang tidak sedikit”.
Berdasarkan pada pertanyaan di atas kemudian dapat
di analisa bahwa dengan melemahnya nilai fakren dalam masyarakat turut
mempengaruhi kondisi sosial dan juga perekonomian masyrakat. Terkait dengan
permasalahan dimaksud yakni bahwa secara perekonomian kemudian mayasrakat
tertentu semakin merasa tertekan dengan kondisi perekonomian yang dialaminya,
masyarakat yang miskin tetap tertinggal dalam artian tidak dapat memenuhi
kebutuhannya dalam hal membangun rumah dan kebutuhan mendasar lainnya.
Setelah penulis selesai melakukan wawancara dengan
informan sebagaimana dimaksud kemudian penulis juaga melakukan wawancara dengan
informan lain dan hal tersebut dapat terlihat jelas pada penjelasan-penjelasan
berikut ini yakni informan atas nama Aleksander Ngilamele
Terhadap informan ini kemudian penulis menyampaikan
pertanyaan sebagai berikut
Menurut saudara bagaimana kondisi sosial
budaya masyarakat Lorulun saat ini.?
Pertanyaan ini kemudian dapat dijawab oleh informan
sebagimana dikutip bahwa :
“Kondisi
sosial masyarakat tidak sama seperti dulu lagi demikain juga kondisi
perekonomian masyarakat sekarang semakin meningkat, tetapi juga tidak dapat
dihindari bahwa sebagian diantara mereka mengalami permasalahan ekonomi yang
mendasar.
Berdasarkan
pertanyaan diatas kemudian dapat dianalisis bahwa kondisi sosial masyarakat
Desa Lorulun sekarang tidak sama seperti beberapa tahun lalu lagi, demikian
juga kondisi perekonomian masyarakat, secara ekonomis masyarakat telah
mengalami peningkatan tetapi juga sebagian masyarakat seakan semakin tertinggal
dan tertekan dengan kondisi perekonomian yang dialminya.
Kemudian
penulis bertanya lagi kepada informan bahwa :
“menurut
bapak apakah perkembangan tingkat pendidikan turut memperngaruhi melemahnya
nilai sosial budaya dalam hal ini nilai fakren dalam masyarakat. ?
Pertanyaan
ini kemudian dapat dijawab informan sebagiman dikutip bahwa
“Sehubungan
dengan nilai fakren yang ada sejak dahulu maka sekarang masyarakat jarang untuk
mempraktekannya lagi, karena pada saat ini mereka hanya berfokus pada kehidupan
atau pekerjaan mereka masing-masing.
Dari
jawaban informan di atas kemudian penulis menyampaikan analisisnya mengenai
permasalahan terkait yakni praktek nilai fakren dalam masyarakat telah jarang
untuk dilakukan, hal ini di sebabkan warga masyarakat sekarang hanya berfokus
pada permasalahan dan pekerjaan pribadi yang dihadapinya tanpa memikirkan
kondisi dan situasi warga masyarakat lain di dalam lingkungannya. Praktek hidup
indifidualis semakin meningkat dalam masyarakat.
Kemudian
penulis menanyakan lagi kepada informan sebagimana pertanyaan berikut.
Apakah
dengan melemahnya nilai fakren dalam masyarakat turut mempengaruhi kondisi
sosial dan perekonomian dalam masyarakat
Pertanyaan ini kemudian
dapat dijawab oleh informan sebagaimana dikutip bahwa :
“Ya bagi saya hal ini cukup
mempengaruhi kondisi sosial dan dan perekonomian masyrakat bila ditinjau dari
kesenjagan hidup serta penghasilan masyrakat karena masyarakat yang
berpengasilan minim masih sangat mengharapkan bantuan dari masyrakat.
Terkait permasalahan yang disampaikan informan
diatas maka dapat dianalisis bahwa
dengan melemahnya nilai tersebut dapat melemahkan kondisi sosial dan
perekonomian dalam masyarakat, terdapatnya kesenjangan sosial diantara warga
masyarakat yang satu dengan waraga masyarkat lainnya, yang miskin semakin
miskin dan yang lain semakin meningkat, padahal warga masyarakat miskin
bersangkutan masih sangat memerlukan bantuan sosial dari warga masyarakat
lainnya.
Setelah melakukan wawancara dengan informan seperti
yang terterah pada penjelasan di atas kemidian penulis juga melakukan wawancara
terhadap tokoh masyarakat lainnya, proses itu dapat diuraikan sebagai berikut
berikut. Dalam hal ini maka Proses
wawancara yang dilakukan adalah proses wawancara terhadap informan atas nama Yustus Wermpinan
Terhadap
informan ini kemudian pertanyaan yang ditanyahkan adalah sebagi berikut :
“Menurut
bapak bagaimana kondisi sosial budaya dan perekonomian masyarakat saat ini ?
Pertanyaan
ini kemudian dapat dijawab informan sebagimana dikutip bahwa
”kondidsi
masyarakat sangat maju hal ini dapat di tinjau
dari segi pendidikan yang diperoleh, sebagian warga masyarakat memilki
tingkat pendidikan yang tinggi sehingga perekonomian masyarakatpun mengalami
perubahan yang baik.
Berdasarkan
jawaban diatas maka dapat diberikan analisis bahwa dengan semaikin meningkatnya
tingkat pendidikan warga masyarakat turut memberikan dampak terhadap kondisi
sosial serta perekonomian masyarkat, perekonomian masryarakat semakin
berkembang pesat dengan adanya tingkatan pendidikan formal yang dimiliki warga
masyarakat.
Kemudian
penulis menanyakan lagi kepada informan dengan jenis pertanyaan adalah
Apakah
dengan perkembnagan tingkat Pendikan masyarakat yang dimilki turut mempengaruhi
melemahnya nilai fakren dalam masyarakat ?
Berdasarkan pertanyaan
di atas kemudian dapat dijawab oleh informan sebgaimana dikutip bahwa :
”Sangat
mempengaruhi karena banyak juaga warga Desa yang berpendidikan tinggi dan
merekapun memiliki pekerjaan seperti PNS dan juga bekerja di perusahaan, buruh
kasar dan juga pekerjaan yang lain selain bertani, hal ini membuat mereka
berfokus pada pekerjaan mereka masing-masing.
Terkait
permasalahan diatas kemudian penulis memberikan analisis sebagai berikut bahwa
tinggkat pendidikan yang dimilki masyarkat turut mempengaruhi nilai budaya
yakni nilai fakren dalam masyarakat, pengeruh ini karena warga masyarakat yang
memilki tingkat pendidikan lebih tinggi tersebut juga memiki pekerjaan yang
fariatif maka dengan sendirinya nilai ini semakin menghilang dalam masyarakat,
hilang karena masyarakat lebih memili berfokus pada pekerjan mereka
dibandingkan bergabung dalm kegiatan-kgiatan seperti fakren tersebut.
Kemudian
penulis juga bertanya kepada informan demikian :
“apakah
dengan melemahnya nilai tersebut dalam msayarakat turut mempengaruhi kondisi
sosial dan perekonomian dalam masyarakat.?
pertanyaan ini kemudian
dapat di jawab oleh informan sebagiman dikutip bahwa.
“jika
dilihat kondisi sosial masyarkat Desa Lorulun akan mengalami kemerosotan,
sementara dari kondisi perekonomian mengalami peningkatan namun terjadinya
pemisahan yankni yang kaya tetap kaya dan yang miskin tetap miskin serta
menimbulkan konflik di dalam masyrakat itu sendiri.
terkait
permasalahan yang disampaikan informan pada jawaban diatas kemudian dapat
dianalisis bahwa dengan memlemahnya nilai fakren dalam masyarakat turut
mempengaruhi kondisi sosial yang semakin tertinggal, secara perekonomian dampak
positif dan negative juga muncul, secara positif maka taraf hidup ekonomis masyarakat
semakin meningkat tetapi secara negative terjadinya kesenjangan sosial dalam
msayarakat, masyarakat yang menguasahi kekutan ekonomi semakin meningkat
sementara mereka yang tidak akan semakin terpuruk, hal demikian dapat
berpotensi konflik yang terjadi di dalam masyarakat.
Berdasarakan
jawaban yang disampaikan oleh beberapa informan di atas maka dapat dianalisa
secara meluas bahwa tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi
memberikan peluang terhadap masyarakat untuk mencari pekerjaan yang layak,
selain itu terjadinya persaingan yang kurang sehat antar indifidu dan juga
antar kelompok dalam masyarakat. Berkembangnya tingkat pendidikan masyarkat
juga berpengaruh terhadap bergesernya nilai-nilai sosial budaya dalam
masyarakat yang mana nilai itu digunakan sebagi penuntun hidup masyarakat dalam
melakukan aktifitas hidup sehari-hari. Aktifitas yang dimaksudkan adalah cara
hidup masyarakat mengenai bagaimana mereka berinteraksi, memenuhi kebutuhan
hidup dan bagaimana cara mereka membagun hudup sejaterah secara bersama-sama.
Terhadap jawaban-jawaban yang disampaikan beberapa informan diatas maka dapat
di alnalisa juga bahwa sebelum berkembangnya tingkat pendidikan masyarakat di
Desa lorulun nilai-nilai sosial dan budaya yang dimilki masyarakat
dipertahankan dengan baik, akan tetapi setelah meningkatanya tingkat pendidikan
formal dan pekerjaan yang dimiliki warga masyarakat maka nilai-nilai sosial
budaya lebih khusus nilai Fakren telah mengalami pergeseran luar biasa dan
berdampak pada kehidupan masyarakat yang tidak harmonis bahkan terjadi
perbedaan dalam beberapa segi kehidupan, seperti warga masyarakat yang memiliki
kekuatan ekonomi akan semakin tinggi kekakayaan dan status sosialnya sementara
yang tidak memilki kekuatan ekonomi akan semakin terpuruk dan termarjinalkan, selain
itu terjadinya perbedaan pandangan hidup antara pemuda dan orang tua yang dapat
menimbulakan konflik dalam masyarakat.
Dengan
merujuk pada analisa di atas maka dapat di simpulkan bahwa meningkatnya tingkat
pendidikan warga masyarakat Desa Lorulun berpengaruh terhadap bergesernya sikap
hidup tolong-menolong/gotong-royong atau nilai Fakren dalam masyrakat Desa
lorulun, pergeseran tersebut menyebabkan masyarakat hidup dalam situasi dimana
terjadinya perpecahan dan juga kesenjangan sosial.
Sehubungan
penyampaian dan uraian yang tekandung di dalam bab ini maka tujuan dari disajikannya
hasil penelitian ini karena penulis ingin mengumpulkan dan mengemukakan beberapa pandangan serta
masalah yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial yang saat ini dirasahkan
oleh masyarakat yang memngalami masalah kesejahterahan sosial.
Kesejahteraan
sosial menurut UU No 11 Tahun 2009 pasal 1 ayat satu adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga Negara agar hudup
layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pada
penjelasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Perkembangan
pendidikan : bahwa tingakat pendidikan
warga masyarakat Desa Lorulun telah mengalami peningkatan yang cukup memadai,
peningkatan ini dapat diukur melalui realitas dan jenjang pendidikan yang
dimilki warga masyarakat serta sarana pendidikan formal yang berada dalam
masyarakat yakni berawal dari jenjang pendidikan PAUD, TK, SD, SMP dan SMA.
2.
Kondisi
sosial budaya masyarakat : sebelum terjadinya perkembagan tingkat pendidikan
yang dimiliki warga, maka masyarakat seakan hidup dalam susuana rukun dan
damai, saling tolong menolong dan bergotong-royong untuk mengerkan perkejaan
secara besama-sama. Akan tetapi setelah meningkatnya tingkat pendidikan formal
yang dimilki warga masyarakat maka nilai fakren sebagaimana disebutkan tadi
mengalami pergeserang dan bahkan terancam puna pelaksanaanya di dalam
masyarakat, pergeseran inilah yang membuat masrakat hidup dalam suasana sosial
yang tertekan dan berpotensi pada konflik sosial didalam masyarkat.
3.
Kondisi
ekonomi masyarakat : secara ekonomis kehidupan masyarakatpun terjadi perbedaan
yang mendasar, ketika nilai fakren telah bergeser pelaksanaanya maka masyarakat
seakan hidup dalam kesenjangan perekonomian yang luar biasa yakni terdapat
perbedaan mendasar antara warga masyarakat yang memilki kekutan secara ekonomi
dan warga masyarakat yang tidak memilki kekutan secara ekonomis, permasalahan
yang lebih buruk muncul bahwa ketika warga masyarakat tertentu mengalami
permasalahan ekonomi maka ia kemudian sulit untuk mengembalikan diri kepada
keadaan kesejahtreaan yang lebih baik hal disebabkan karena praktek hidup
indifidualis lebih dominan dari pada praktekhidup lainnya.
B.
Rekomendasi
Berdasarkan
hasil penelitian terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh warga
masyarakat Desa Lorulun menyangkut perkembangan tingkat pendidikan formal warga
dan pengaruhnya terhadap pergeseran nilai sosial budaya yakni nilai fakren,
maka sesuai hasil kesimpulan pada pembahasan bagian pertama bab ini dapat
diberikan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait sebagi berikut :
B.1 Pemerintah Kabupaten MTB/Desa
Lorulun
·
Bahwa
dalam melakukan pembangunan di masyarakat maka diperlukan adanya nilai sosial
budaya tertentu dalam hal ini nilai fakren sebagai sebuah sarana sosial atau
kekutan masyarakat, agar demi mencapai tujuan pembangunan yakni kesejahteraan
masyarakat dapat terlaksana dengan baiki karena kondisi masyarakatlah yang
kemudian dapat digunakn sebagi acuan dalam pembangunan.
·
Pemerintah
Desa Lorulun diharapakan agar dapat menumbuhkembankan kearifan nilai sosial
budaya (nilai fakren) melalui program-program pembangunan yang berhubungan erat
dengan kesesjahteraan sosial waraga masyarakat.
·
Diharapakn
sangat agar supaya pemerintah Desa membangun kerjasama secara intensif terhadap
keseluruan kapasitas aparat pemrintah Desa, tokoh Adat, tokoh masyarakat, tokoh
pemuda, kepalah soa, tokoh perubahan, pemerintah daerah dalam hal ini camat
Wertamrian, dan seluruh stekholder yang ada dalm masyarakat guna melakukan
pembagunan dalam masyarakat.
B.2 Individu/Pelaku perubahan/aktor intelektual
·
Agar
dalam melakukan perubahan di masyarakat harus dapat mepertimbangkan atau
menyesuaikan diri dengan kondisi sosial budaya masyarakat desa lorunlun
terutama terhadap nilai fakren yang dimilkinya.
·
Selalu
berusaha agar dapat mempergunakan kemampuan yang dimilkinya bukan untuk merusak
warga masyarakat melainkan untuk digunakan sebagai kekuatan untuk membangun
masrakat kearah yang diharapakan banyak pihak.
B.3 FISIP UKIM
·
Perlunya
penerapan ilmu kesejahteraan sosial melalui berbagai praktek dalam kajian
terhadap masalah masalah sosial dan budaya yang terjadi didalam masyarakat
dengan tujuan menghasilakn berbagai metode dan konsep pemberdayaan kepada
masyarakat sasaran, dalam hal ini masyarakat Desa Lorulun
DAFTAR
PUSTAKA
Juliana
Febi Tarpono Skripsi. Aktifitas Penyelam Besi Tua. Penerbit Fakultas Ilmu Soia.
dan Ilmu Poltik UKIM Ambon. 2011.
Budi
Winarno. Globalisasi dan Krisis
Demokrasi. Medpres (anggota AKAPI).2007.)
E.
B.Tylor. Primitife Culture. 1924. Kutipan Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Edisi Revisi, Jakarta Rineka Cipta,
2009.
Elly.
M. Setiadi, H.Kama A.Hakam , Ridwan Effendi. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung, Prenada Media Group.2012.
G.
P. Wira Saputra Uncategoriazet Pos Nafigation Sumber Kehidupan, Oktober 2011.
Ganar
. Sistem Sosial. Kutipan.
http:texbuk.blogspot.com/2012/02/ Dampak-perubahan-sosial-Modernisasi.
Htm1#ixzz214Oly0R4.1994.
Hartanto.
http:/id.shoong.com/social-sciences/2281192-Pengertian
pendidikan-perubahan sosiali-i#ixzz221nwleQm.2012.
H. Mukhtar. Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah. Jakarta, Gaung Persada
Press.2010.
Harimanto
dan Winarno. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Bandung,
PT. Bumi Aksara.2012.
Iko Rasuki.
Kekeluargaan dan Gotong Royong di poskan Rahasia Hidup.Maret 2010.
Koentjaraningrat.
Pengantar Ilmu Antropologi ,Edisi revisi, Rineka
Cipta, Jakarta 2009.
Selo
Soemardjan dan Solaeman Soemardi. Setangkai
Bunga Sosiologi. Jakarta; Yayasan Badan. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.1964.
Soerjono
Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta, Rajawali Pers.2012.
Shidiq Widiyanto Ekstensi Poltekkes Kendari 2008 ><))'> Selasa, 16 Desember 2008 Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow
Suber
1.
http://www.cnvc.org/needs.htm
http://kapukpkusolo.blogspot.com/2011/01/abraham-maslow-kebutuhan-dasar-manusia.htmlhttp://mianhotmida.multiply.com/journal/item/36/cita-cita?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
[1]
Lihat William F.Ogburn dan Meyer F. Nimkoff: Sociology, edisi-4,A.Feffer dan
Sismson International University Ediition,1964,bagian 7.
[2]
Kingsley Davis, Human Society,cetakan ke-13,The Macmillan. Dan juga Soerjono
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,2008. Hal 262
[3]
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi.1964, hal
486-497.
[4]Elly.
M. Setiadi Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar. Edisi kedua, hal 12-123 lihat
juga defenisi nilai. Hal 125-144.
[5]
Rafael Raga Maran. Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya
Dasar.2007, hal 40.
[6]
Posted by. . G. P. Wira Saputra In Uncategoriazed, Pos Navigation. Sumber
Kehidupan, Oktober 2011.
Lihat pula Koenjaraningrat. Pengantar Ilmu
Antropologi, Edisi Revisi.2009,hal 154.
[7] E.
B. Tylor. Dalam bukunya yang berjudul Primitife Culture. kutipan Soerjono
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar.2008, hal 150.
[8]
Rafael Raga Maran. Manusia dan Kebudayaan Dalam perspektif Ilmu Budaya
Dasar.2007.hal 49-50.
[9]
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, Edisi Revisi.2009 hal 153.
[10]
Posted by G. P. Wira Saputra.Unategoriset Sumber Kehidupan Oktober 2011.
[12]
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropolologi.Edisi Revisi. 2009. Hal 153-155.
[13]
H. Mukthtar Bimbingan Skripsi Thesis dan Karya Ilmiah. Tahun 2010, hal 30-32.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar